Iniriau.com, Jakarta - Titik api di wilayah Sumatera Selatan semakin meningkat seiring masih pada puncak musim kemarau. Berdasarkan laporan Dinas Kehutanan Sumsel, terdapat 1.297 titik api yang terpantau pada Jumat (25/10). Satgas Karhutla mengirim 854 personel tambahan untuk upaya pemadaman di lapangan.
Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayor Jenderal Irwan mengatakan, jumlah hotspot yang muncul pada hari ini merupakan yang tertinggi sepanjang 2019.
Jumlah tersebut pun naik signifikan dari Kamis (24/10) dengan 226 titik, dan 172 titik pada Rabu (23/10).
Dari total 1.297 titik api yang muncul Jumat, 864 titik diantaranya berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
"Hari ini yang tertinggi selama 2019. Walaupun ISPU masih posisi kuning di bawah 200 [mikrogram per meter kubik], hotspot bertambah karena beberapa hari ini panas luar biasa. Air tidak ada kita hanya mengandalkan water bombing. Itu pun tidak bisa mematikan api, hanya membantu mengurangi saja," ujar Irwan.
Oleh karena itu, 854 personel tambahan yang akan ditambahkan tersebut seluruhnya bakal dikirim ke OKI untuk membantu 1.500 personel lainnya yang sudah melakukan upaya pemadaman sejak awal status siaga karhutla ditetapkan.
Secara rinci, pasukan tersebut terdiri dari 500 personel kepolisian, 300 prajurit TNI Kodam II/Sriwijaya, 50 lainnya dari unsur pemerintah seperti BPBD, Basarnas, serta Satpol PP, dan empat lainnya merupakan komandan lapangan.
Irwan menjelaskan, proses pemadaman di lapangan terkendala beberapa hal, yakni minimnya sumber air di lokasi dan lahan gambut yang sangat sulit dipadamkan.
Berdasarkan hasil rapat evaluasi, seluruh instansi yang tergabung dalam Satgas Karhutla Sumsel akhirnya memutuskan untuk menambah pasukan pemadaman darat di penghujung status siaga darurat yang berlaku hingga 31 Oktober.
"Mereka ditugaskan selama 10 hari ke depan. Fokusnya mereka bangun sekat bakar untuk melokalisir kebakaran agar tidak menyebar ke mana-mana, nanti dibasahi oleh water bombing. Kalau untuk pemadaman darat sudah tidak mungkin bawa air dari lokasi yang jauh," ujar dia. (cnnindonesia)