Pertamina Bangun Infrastruktur RU II Dumai

Selasa, 00 0000 | 00:00:00 WIB
Internet

DUMAI - Untuk menyelamatkan devisa negara dari sektor minyak bumi, PT Pertamina (Persero) berencana membangun infrastruktur unit pengolahan atau saat ini dikenal dengan istilah Refinery Unit (RU) II Dumai.

Riauterkini-DUMAI-Untuk menyelamatkan devisa negara dari sektor minyak bumi, PT Pertamina (Persero) berencana membangun infrastruktur unit pengolahan atau saat ini dikenal dengan istilah Refinery Unit (RU) II Dumai.

Demikian diungkapkan Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, PT Pertamina (Persero) Rachmad Hardadi dalam siaran pers, Jumat (31/3/17).

Menurut dia, bahan bakar minyak yang digunakan dalam menunjang aktivitas perekonomian dihasilkan dari kilang minyak. Minyak mentah yang berasal dari sejumlah lapangan minyak diolah menjadi bahan bakar minyak seperti Premium, Pertalite, Perta dex, Pertamax, Bio Solar, Avtur dan lainnya.

Tidak hanya bahan bakar minyak yang dihasilkan dari kilang minyak. Ada produk lain seperti Paraxylene yang sangat diperlukan oleh industri petrokimia.

"Saat ini, ada enam kilang yang dioperasikan oleh PT Pertamina (Persero): RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. Sebetulnya ada satu kilang lagi, yaitu RU I Pangkalan Brandan," ungkapnya.

Hanya saja, sebut Rachmad Hardadi, dengan pertimbangan pengoperasian RU I tidak ekonomis lagi, pada 2007 RU I Pangkalan Brandan sudah tidak beroperasi lagi.

Kapasitas terpasang dari keenam kilang minyak ini adalah 1,05 juta barel per hari. Namun, dalam pelaksanaannya, produk Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dihasilkan dari keenam kilang minyak ini sekitar 800-950 ribu barel per hari.

Dalam satu tahun, dibutuhkan sekitar 72 juta kilo liter BBM. Sementara, Pertamina, sebagai BUMN Migas dapat memberikan kontribusi sekitar 39 juta kilo liter. Tidak ada jalan lain. Untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak, Pertamina melakukan impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri.

Rasio ketergantungan akan impor minyak mentah dari tahun tahun semakin tinggi antara 33 – 44 persen. Hal ini tentu mengakibatkan devisa negara terkuras. Di sisi lain, kenaikan ini memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian Indonesia sedang tumbuh.

Atas pertimbangan perkembangan ekonomi Indonesia dan menyelamatkan devisa negara, Pertamina mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur yang dibagi dalam dua kelompok.

Kelompok pertama, kata Rachmad Hardadi , dilakukan pengembangan 4(empat) kilang minyak yaitu RU V Balikpapan, RU VI Balongan, RU IV Cilacap, dan RU II Dumai.

Program kerja ini dikenal dengan RDMP (Refinery Development Master Plan) dan kelompok kedua, dibangun kilang minyak baru (New Grass Root Refinery (NGRR) di Tuban dan Bontang.

“Tujuan dari pengembangan dan pembangunan kilang minyak adalah agar nantinya di tahun 2023, Pertamina bisa mewujudkan swasembada Bahan Bakar Minyak seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah Jokowi-JK dalam Nawacita”, ujarnya.

Ditambahkan Rachmad Hardadi dengan ke-enam proyek ini, kapasitas produksi kilang minyak yang dioperasikan oleh Pertamina nantinya menjadi, 2,2 juta barel per hari. Mega proyek 6 kilang minyak ini diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar 500 triliun rupiah. Ada yang dikerjakan oleh Pertamina sendiri dan ada yang bekerjasama dengan perusahaan minyak dan gas yang sudah mempunyai reputasi internasional.

“Tantangan terbesar Direktorat Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia adalah mewujudkan semua ini dalam kurun waktu 7 tahun dan selesai di tahun 2023. Dua tahun lebih cepat dari target pemerintah," ucap Rachmad Hardadi seraya menambahkan dukungan dari semua pihak sangat kami perlukan.**




sumber: riauterkini.com

Terkini