Iniriau.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia telah mengumumkan lonjakan pasien virus corona (covid-19) di Tanah Air menjadi 34 orang. Angka tersebut begitu melesat kurang dalam seminggu setelah pada Minggu (8/3) lalu, kasus corona di Indonesia hanya sebanyak 6 kasus saja.
Melonjaknya secara cepat kasus virus corona di Indonesia turut membuat Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK) khawatir. Ia saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) lantas menyarankan agar Indonesia mulai menerapkan kebijakan penutupan akses (lockdown) sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona.
Saran JK tersebut mengacu kepada sejumlah kebijakan negara lain yang telah menerapkan sistem lockdown dan terbukti cukup efektif untuk menekan angka bertambahnya kasus corona. Sebagai contoh Tiongkok yang dinilai JK telah berhasil memperlambat penyebaran covid-19 melalui sistem lockdown.
"Salah satunya China, dia berhasil memperlambat itu (penyebaran virus corona), mencegah 100 persen karena lockdown," ungkap JK seperti dilansir CNNIndonesia, Kamis (11/3). "Tapi ini hanya (bisa diterapkan) negara yang sangat disiplin untuk melaksanakan itu."
Oleh sebab itu, JK mengatakan jika Indonesia tentunya bisa menerapkan sistem tersebut. Meski demikian, ia menilai jika pemerintah perlu melakukan berbagai persiapan agar Indonesia siap menerapkan sistem lockdown dalam waktu dekat.
Menurut JK, salah satu persiapan yang harus dilakukan berada di sektor ekonomi. "(Indonesia) kalau diinstruksikan pasti bisa, tapi harus siap ekonominya, macam-macamnya," kata JK.
Lebih lanjut JK mengaku tidak terkejut melihat perkembangan kasus virus corona di Indonesia yang begitu melesat dalam waktu cepat. Ia berpendapat jika virus merupakan hal yang tidak terlihat dan terukur sehingga jatuhnya korban dalam waktu cepat memang harus segera diatasi.
"Perkembangan wabah itu tidak terukur, satu orang kena, menyebabkan tiga orang kena, akhirnya cepat sekali," jelas JK. "Kalau dihitung satu tambah dua, tambah dua, tambah dua, ini yang harus kita potong."
"Semua negara di dunia, AS juga melarang orang Eropa, saking begitu lamanya (wabah), jadi pandemik ini," sambungnya. "Musuhnya tidak kelihatan atau bahaya yang tidak ketahuan."**
Sumber: Wowkeren