Iniriau.com - Pandemi COVID-19 yang menyebar ke seluruh dunia memukul segala sektor, tak terkecuali industri hulu migas. Harga minyak anjlok ke titik terendah dalam sejarah karena permintaan berkurang. Di Indonesia, kondisi ini membuat penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas) bakal tergerus banyak.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, dengan anjloknya harga minyak dunia saat ini, penerimaan negara dari sektor migas kemungkinan hanya USD 19 miliar di akhir tahun. Proyeksi ini anjlok 40 persen dari target awal USD 32 miliar dalam APBN 2020.
“Untuk penerimaan negara, kami proyeksinya gross revenue hulu migas dari USD 32 miliar menjadi USD 19 miliar,” kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII secara daring, Selasa (28/4).
Selain harga minyak yang rendah, penurunan ini juga dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar rupiah. Selama adanya virus corona, rupiah beberapa kali melemah dan hampir menyentuh level Rp 17.000 per dolar Amerika Serikat.
Bagian negara pun berkurang dari USD 14,46 miliar dalam APBN 2020 menjadi USD 6,7 miliar. Pun dengan cost recovery juga akan berkurang, tergantung jumlah kontrak yang bisa direnegosiasi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
“Kami sudah diskusikan dengan Kementerian ESDM ini termasuk perkiraan penerimaan negara ini,” ucap dia.
Dwi Soetjipto memproyeksi produksi minyak akhir tahun hanya 725 ribu barel per hari (bph), turun dari target dalam program Filling The Gap (FTG) 735 ribu bph. Sedangkan untuk produksi gas bumi diperkirakan turun dari 5.959 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 5.727 MMSCFD.
Sedangkan capaian lifting minyak pada kuartal I 2020 baru tercapai rata-rata 701,6 ribu bph atau baru 92,9 persen dari target APBN sebesar 755 ribu bph. Untuk gas bumi, liftingnya sebesar 5.866 MMSCFD atau 87,9 persen dari target APBN 6.670 MMSCFD. Secara kumulatif, lifting migas sebesar 1,749 juta barel setara minyak per hari atau sekitar 90,4 persen dari target APBN sebesar 1,946 juta barel setara minyak per hari.
Di sisi investasi, hingga kuartal I 2020 baru mencapai USD 2,87 miliar. Capaian ini hanya 21 persen dari target USD 13,8 miliar. Dwi memproyeksikan, investasi hulu migas hingga akhir tahun bakal turun jika harga minyak terus turun, rupiah ambles, dan permintaan migas rendah.
“Soal budget ini kami akan sedang review apakah akan ada perubahan mental karena harus seefisien mungkin,” ujar dia.**
Sumber: Kumparan