Iniriau.com, JAKARTA - Vaksin adalah salah satu upaya terbaik untuk menghentikan laju penyebaran virus corona SARS-CoV-2. Pengembangannya berjalan paralel dengan penerapan kebijakan masing-masing negara untuk memutus rantai penularan, seperti aturan lockdown, imbauan menjaga jarak, dan tes massal.
Menurut data yang dihimpun BioRender, perusahaan penyedia tools desain grafis bagi kalangan ilmuwan, sejauh ini ada total 99 vaksin yang tengah dikembangkan untuk menangkal virus corona penyebab penyakit COVID-19. 11 vaksin di antaranya telah memasuki tahap uji klinis pada manusia.
Dijelaskan pula bahwa sebelum siap produksi untuk masyarakat umum, vaksin akan melewati lima tahap, yakni pra-klinis, fase 1, fase 2, fase 3, dan fase 4. Dalam daftar yang memuat nama-nama vaksin yang tengah diujicoba, negara-negara pembuat vaksin antara lain China, Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Kanada.
Salah satu vaksin yang dikembangkan ilmuwan China diberi nama SARS-CoV-2 inactivated vaccine, berbasis virus yang dinonaktifkan. Vaksin ini dibuat dengan menyebarkan virus dalam kultur sel berbarengan dengan proses inaktivasi menggunakan reagen kimia seperti beta-propiolactone.
Karena mengandung virus yang sudah tidak aktif, vaksinasi memungkinkan tubuh untuk menghasilkan respons imun yang beragam terhadap antigen virus tanpa memicu risiko terinfeksi.
Indonesia juga tengah berupaya mengembangkan vaksin COVID-19. Lembaga Biologi dan Molekuler (LBM) Eijkman dipercaya sebagai pihak pengembang vaksin. Baru-baru ini, Eijkman telah berhasil mengurutkan genom utuh virus corona atau whole genome sequencing dari tiga pasien COVID-19 di Tanah Air.
Proses ini bertujuan untuk menentukan urutan DNA lengkap genom suatu organisme. Analisis sekuens genom dibutuhkan untuk mendeteksi dengan jelas seperti apa situasi wabah COVID-19 di Indonesia. Dengan begitu, ilmuwan dapat mengembangkan vaksin sesuai kondisi di masyarakat.
Kepala LBM Eijkman, Prof. Amin Soebandrio, mengatakan bahwa data sekuens genom dapat memberikan informasi genetik dari virus corona yang beredar di Indonesia.
Oleh karena itu, kandidat vaksin yang dibuat berdasarkan informasi genetik ini juga diharapkan bakal relevan dengan kondisi di Indonesia.
“Jadi pengembangan vaksin itu kan sedapat mungkin sesuai dengan virus yang beredar di negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, kita juga harus memiliki informasi genetik dari virus-virus yang beredar di Indonesia,” ujar Amin, Senin (4/5).
“Itu nanti kan dipakai sebagai dasar menentukan antigen mana dari virus tersebut yang paling sesuai, paling cocok, untuk dijadikan calon antigen, artinya dijadikan calon vaksin,” lanjut Amin.**
Sumber: Kumparan