Bangkit Hadapi Pandemi, Walikota Pekanbaru Pimpin Upacara Hari Jadi ke-237

Rabu, 23 Juni 2021 | 18:35:22 WIB
Walikota Pekanbaru Girdaus ST.,MT memimpin upacara Hari Jadi Pekanbaru ke-237 Tahun
Iniriau.com, Pekanbaru - Peringatan Hari Jadi Pekanbaru ke-237 tahun di tengah suasana Pandemi Covid-19 diperingati secara virtual di Lantai 6 Kompleks Perkantoran Tenayan Raya, Rabu, (23/6). Walikota Pekanbaru Firdaus ST., MT bertindak menjadi pemimpin upacara. 
 
Dalam sambutannya, walikota berkisah tentang sejarah singkat Pekanbaru yang dulunya bernama “Senapelan”, yang dipimpin seorang Kepala Suku atau disebut Batin. Pekanbaru terus berkembang menjadi kawasan pemukiman baru, dan seiring waktu, berubah menjadi Dusun Payung Sekaki yang terletak di muara Sungai Siak.
 
Senapelan yang kemudian lebih populer disebut Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal 21 Rajab, tepatnya Hari Selasa tahun 1204 H, bersamaan dengan 23 Juni 1784 M oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah, di bawah pemerintahan Sultan Yahya. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru.
 
Mengusung tema "Bangkit Menghadapi Pandemi Covid-19, Bersinergi Membangun Smart City Madani untuk Indonesia Maju", peringatan 237 Tahun Hari Jadi Pekanbaru berlangsung khidmat. Walikota mengajak masyarakat untuk tetap optimis, meski pandemi belum usai mendera.
 
"Sesuai tema hari jadi, mari kita bangkit menghadapi pandemi ini, dengan cara mematuhi prokes dan ikut vaksin. Bila sudah terbentuk kekebalan komunal berkat vaksin, kita bisa bergerak melakukan apa saja karena vaksin Covid-19 membantu membentuk kekebalan tubuh yang akan melindungi diri sendiri dan orang sekitar dari Covid-19," ujar walikota.
 
Di hadapan wartawan saat konfrensi pers, walikota mengurai berbagai capaian pembangunan selama kepemimpinan dirinya bersama Ayat Cahyadi sebagai wakil walikota. Di bawah kepemimpinan Walikota Dr. H. Firdaus, ST. MT dan Wakil Walikota H. Ayat Cahyadi, S.Si, kini Pekanbaru berubah menjadi “Bandar Raya” yang berkembang pesat dalam pembangunan di segala bidang.
Termasuk pembangunan budaya melayu sebagai akar budaya yang hidup dan berkembang jauh sebelum berdirinya Pekanbaru sebagai sebuah kota metropolitan seperti saat ini.
 
Ibu Kota Provinsi Riau berpenduduk 1,4 juta jiwa ini  memiliki luas sekitar 63.901,54 hektare, yang terdiri dari wilayah non perkotaan 8,970 ha dan kawasan perkotaan 54,93 ha.  Jika mengacu pada UU Penataan Ruang,  Pekanbaru semestinya memiliki 12.780,31 ha RTH untuk memenuhi angka 30 persen dari luasan kota. Namun, saat ini di Pekanbaru hanya memiliki 3.195,08 hektare RTH, yang terdiri dari jalur hijau, pemakaman, taman kota, hutan kota, dan taman median jalan.
 
Wali Kota Pekanbaru, Firdaus kemudian mengubah konsep pembangunan, dari membangun taman dalam kota menjadi membangun kota dalam taman. Perubahan konsep ini disiapkan secara matang. Pusat perkantoran baru di Kecamatan Tenayan Raya menjadi percontohan pembangunan kota baru, yakni Kota Pekanbaru berbasis green city. Harapannya, proyeksi 20 persen RTH di Kota Pekanbaru akan terwujud.
 
Konsep pengelolaan kota yang mengedepankan lingkungan diadopsi dari Singapura dan Xiamen, Cina. Kawasan Perkantoran di Kecamatan Tenayan Raya akan menjadi kota baru. Dari tota lahan seluas 300 hektar baru 117 ha yang digunakan untuk pembangunan 10 gedung. Modelnya sembilan gedung menjadi satelit atau mengelilingi gedung utama yang menjadi pusat pemerintahan.
 
Masih banyak capaian yang diraih Pekanbaru selama Firdaus-Ayat memimpin. Sakah satu yang paling dirasakan masyarakat manfaatnya adalah pada tahun 2014 lalu Walikota Pekanbaru DR H Firdaus ST MT menerima Penghargaan Pelayanan Publik Terbaik. Keberadaan pelayan publik yang terintegrasi dalam satu pintu, kini  telah memudahkan masyarakat dalam memgakses layanan publik.**

Terkini