Kebakaran Lahan di Kampar Tembus 30 Kasus, Terbanyak di Tapung

Jumat, 04 Juli 2025 | 14:27:29 WIB
Ilustrasi karhutla (foto:net)

iniriau.com, Kampar — Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali menghantui Kabupaten Kampar. Hingga awal Juli 2025, tercatat 30 kejadian karhutla melanda sejumlah wilayah, dengan Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, menjadi titik paling terdampak.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kampar, Drs. Agustar, M.Si, menyampaikan bahwa kebakaran di kawasan ini mayoritas terjadi di lahan gambut, yang terkenal sulit ditangani. Sedikitnya 30 hektare lahan terdampak, dengan sebagian besar api menjalar di bawah permukaan.

"Kami tidak bisa hanya melihat permukaan. Lahan gambut menyimpan bara dalam tanah yang bisa bertahan lama, bahkan tanpa asap di atasnya," ungkap Agustar saat ditemui di Kantor BPBD Kampar, Jumat (4/7/2025).

BPBD menurunkan sembilan personel lengkap dengan peralatan, untuk memadamkan titik api sekaligus melakukan proses pendinginan. Agustar menambahkan, dalam situasi seperti ini, kolaborasi lintas sektor sangat penting.

Satgas karhutla yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten, telah aktif melakukan langkah-langkah cepat. Bahkan, helikopter water bombing milik Satgas Udara Provinsi Riau telah dikerahkan ke beberapa titik rawan.

“Kami mendapat dukungan dari TNI, Polri, hingga masyarakat setempat. Penanganan di Karya Indah juga sedang didalami oleh pihak Polres Kampar,” jelasnya.

Selain di Tapung, kebakaran juga terjadi di Desa Binamang, Kecamatan XIII Koto Kampar, dengan luas terdampak sekitar 1,5 hektare. Pemadaman dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) Pusdalops-PB BPBD Kampar dibantu masyarakat.

Peralatan yang digunakan antara lain mobil angkut, mesin Mini Strike, tangki air, dan perlengkapan pemadam lainnya.

Dalam imbauannya, BPBD Kampar menekankan agar masyarakat, termasuk korporasi, tidak membuka lahan dengan cara membakar. Agustar mengingatkan bahwa asap karhutla tidak hanya berdampak lokal, tapi juga mengganggu aktivitas vital seperti transportasi udara.

“Beberapa hari lalu, kabut asap sempat mengganggu operasional Bandara Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru. Ini bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga keselamatan dan ekonomi,” tegasnya.

Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk proaktif dalam pencegahan, termasuk melaporkan bila menemukan titik api.

“Cegah sebelum besar. Ini tugas bersama, bukan hanya pemerintah,” tutup Agustar penuh harap.**
 

Tags

Terkini