Ekonomi Madesu, Saham Properti Ramai Diobral Asing

Ekonomi Madesu, Saham Properti Ramai Diobral Asing

Jakarta, iniriau.com - Harga saham emiten properti di Bursa Efek Indonesia (BE) kompak berguguran pada perdagangan pagi ini, Senin (26/8/2019), dan tercatat menjadi sektor yang melemah paling dalam dan mendorong koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Investor tampaknya mulai ketakutan bahwa resesi Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi dunia benar-benar terjadi. Hal tersebut berpotensi memukul pertumbuhan negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Jika pertumbuhan ekonomi melambat bukan tidak mungkin daya beli ikut susut dan penjualan properti ikut terdampak alias madesu (masa depan suram).

Harga saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) tercatat turun 4,10% ke level Rp 1.170/saham. Lalu saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) turun 2,92% ke level harga Rp 1.165/saham. 

Untuk CTRA, asing lepas saham ini sebanyak Rp 6,87 miliar, sementara SMRA net sell asing hari ini Rp 705 juta.

Lalu disusul harga saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) turun 2,86% ke level harga Rp 1.360/saham. Demikian pula dengan saham PT Agung Podomoro Tbk (APLN) turun 2,72% ke level Rp 179/saham. 

Berikutnya saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) turun 1,55% ke level Rp 254/saham dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang harga sahamnya turun 1,49% ke level Rp 254/saham.

Asing lepas BSDE mencapai Rp 3,49 miliar, LPKR net sell Rp 129 juta, dan PWON net sell asing Rp 4,46 miliar. 

Sementara itu, indeks sektor properti pagi ini turun 1,35%, tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya.

Sebenarnya sektor properti sempat mendapat angin segar setelah Bank Indonesia (BI) yang menurunkan kembali suku bunga acuan BI 7-Day Reserve Repo Rate (7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%. Pasalnya properti merupakan salah satu sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga.

Senior Vice President PT Royal Investium Sekuritas, Janson Nasrial mengatakan kinerja dari ketiga sektor ini diproyeksikan bisa menanjak pada paruh kedua tahun ini dibandingkan dengan awal tahun.

"Dengan diturunkannya suku bunga acuan 7DRR, akan berdampak positif ke sektor yang sangat sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan, otomotif dan sektor properti," kata Janson dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (22/8/2019).

Untuk sektor properti, penurunan suku bunga juga akan memberikan dampak pada penurunan tingkat bunga kredit pemilikan rumah (KPR).

"Sektor properti juga diharapkan akan mempunyai kinerja yang lebih baik di 2H-2019 di mana penurunan suku bunga akan berdampak kepada suku bunga KPR, yang 75% merupakan mekanisme pembelian landed house [rumah tapak] dan apartemen," jelas dia.(irc/CNBC Indonesia)

Berita Lainnya

Index