COVID-19 Menular Lewat Udara, Pakar Sarankan Rutin Kumur

COVID-19 Menular Lewat Udara, Pakar Sarankan Rutin Kumur
Ilustrasi

Iniriau.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengakui bukti atas penyebaran virus corona jenis baru melalui udara. Hal ini membuat banyak ilmuwan mendesak WHO untuk mengubah pedoman atau protokol kesehatan baru dalam rangka pencegahan penularan COVID-19.

Berbagai langkah pencegahan tentu harus dilakukan guna menghindari serangan virus yang masih satu family dengan penyakit SARS. WHO telah menganjurkan untuk menjaga jarak serta rutin cuci tangan.

Namun, dengan penularannya yang semakin rentan, pemakaian masker juga tak boleh dilupakan. Selain itu, langkah pencegahan yang bisa ditambahkan yakni berkumur dan mencuci hidung (nasal spray).

"Selama ini protokol kesehatan paling mudah adalah jaga jarak dan cuci tangan. Cuma kita perlu lagi, kami-kami di ruang isolasi, tidak tahu virologi seberapa besar, jadi perlu juga untuk berkumur dan cuci hidung supaya cegah virus masuk lewat jalur masuknya (mulut dan hidung)," ujar Dokter Spesialis Paru RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin, dr. Yulia Kartina, Sp.P, dalam virtual konferensi pers, Rabu 8 Juli 2020.

Area hidung dan mulut disarankan untuk rutin dibersihkan untuk membunuh kuman sehingga tak mudah masuk dan menyerang sistem pertahan imunitas. Saran ini tak hanya berlaku bagi petugas medis tapi juga masyarakat awam.

"Begitu juga masyarakat, kita nggak bisa prediksi mana yang positif karena banyak orang tanpa gejala. Kalau bisa berkumur sebagai langkah pencegahan, lebih bagus," katanya.

Adapun proses berkumur dilakukan dengan cairan antiseptik yang mampu membunuh hingga 99,99 persen virus SARS-CoV-2 seperti kandungan antiseptik Povidone-Iodine (PVP-I). Untuk berkumur, akan lebih baik jika dilakukan dengan cara garggle (sedikit mendongak) dua kali sehari agar menyentuh area belakang mulut.

WHO sebelumnya mengatakan virus yang menyebabkan penyakit pernapasan itu menyebar terutama melalui cairan yang dikeluarkan dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi yang dengan cepat dapat hilang ke tanah.

Karena partikel-partikel lebih kecil yang dihembuskan dapat bertahan di udara, maka para ilmuwan mendesak WHO untuk memperbarui panduannya.**

Sumber: Viva

Berita Lainnya

Index