Pasien Sembuh : Abai 3 M, Berarti Ikut Menyumbang Meningkatnya Covid-19

Pasien Sembuh : Abai 3 M, Berarti Ikut Menyumbang Meningkatnya Covid-19
Foto : Rutinitas pasien selama isolasi

Iniriau.com, PEKANBARU - Sembuh di hari ke-10 isolasi yang difasilitasi Pemprov Riau melalui tim gugus tugas percepatan penanganan covid-19, NR (36), pasien yang sudah sembuh membagikan perasaan dan pengalamannya selama dikarantina.

"Jauhi Covid-19 dengan disiplin 3 M. Jika abai, berarti diri kita ikut memberi andil penambahan covid-19. Hanya itu kuncinya," itu pesan pertama NR (36), Sabtu (17/10).

NR, warga Sukajadi, Pekanbaru, Riau ini mengaku tak percaya ketika dirinya divonis positif covid setelah mengikuti test swab yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Riau pada 13 September lalu. 

NR  galau karena dia dan anaknya positif. Sementara sang suami GG negatif. Dia tak yakin bisa tertular virus ini, karena selalu menjaga protokol kesehatan, dan tidak keluar rumah jika tidak perlu. Keheranannya lagi, bagaimana mungkin ia  dan anak positif, sementara suami negatif. Padahal mereka selalu bertiga, ujar NR.

"Saya langsung terpikir  orangtua di rumah yang sudah lansia, juga adik-adik yang lain. Apakah mereka terpapar juga? Memikirkan itu saya semakin resah, apalagi biaya swab sangat mahal, bisa dibayangkan berapa uangnya. Tetapi saya cepat memohon pada Allah agar tidak muncul klaster baru di keluarga saya," ujar ibu satu anak ini cemas.

Sesampai di rumah, NR tak langsung mengabarkan pada orangtuanya. Ia takut mereka akan cemas dan itu bisa memperburuk keadaan. Ia hanya menyampaikan kabar duka itu pada adik-adiknya, dan meminta mereka semua untuk langsung isolasi madiri. 

"Sayapun kemudian diisolasi di bapelkes, kantor pemerintah daerah yang disulap menjadi ruangan-ruangan isolasi bagi pasien covid-19 yang tidak menunjukkan gejala parah," ujar perempuan 36 tahun ini. Sejak itu, NR sudah terbiasa dengan pemandangan yang selama ini hanya dilihat di televisi, yakni tim medis yang berpakaian astronot dalam melayani para pasien. 

Selama isolasi mandiri, NR bersama anaknya mulai pukul 06.00 wib-18.30 menjalani rutinitas yang telah ditetapkan oleh tim yang sudah ditunjuk oleh Gugus Tugas. 

Mulai dari membersihkan ruangan, personal hygiene, olahraga/berjemur, beribadah, hingga istirahat dan makan, jadwalnya sudah diatur sedemikian rupa. Semua aktifitas  berjalan mengalir saja, seperti dirumah sendiri.

"Pelayanan oleh tim disini sangat baik. Tadinya saya berpikir tidak bisa lagi bertemu keluarga akibat virus ini. Tapi karena suasana disini sangat nyaman dan perlakuan dari tim medis sangat baik, perasaan saya perlahan jadi biasa lagi. Saya benar-benar ingin cepat sembuh, makanya sesuai anjuran petugas, saya harus rileks dan berpikir positif," papar NR.

Pasien lain juga terlihat enjoy menjalani isolasi meski kami tidak pernah kontak langsung. Komunikasi dengan tim medispun berlangsung lewat chat whatsapp. Meski begitu semuanya berjalan lancar karena tenaga-tenaga perawat yang bertugas sangat cakap dan tulus melayani.

Menjalani isolasi, menurut NR memang ibarat menunggu waktu yang bergerak begitu lamban. Dan di hari ke-10 yakni 23 September, tim medis mengadakan swab lagi terhadap beberapa orang pasien, termasuk dia dan anak.

"Alhamdulillah swab saya dan anak negatif. Hari ke-14 kami sudah boleh pulang kembali ke rumah," jelas NR.

Menurut NR, sejak itu ia dan keluarga benar-benar merubah perilaku hidup sehari-hari. Tidak saja ketika keluar rumah, saat berada di rumah pun mereka memakai masker. Mereka kini jadi lebih peduli tentang protokol kesehatan dan  saling mengingatkan satu sama lain. Apa yang bisa ia terapkan saat isolasi di bapelkes, ia coba terapkan di rumah.

"Menurut saya, 3 M tidak hanya menjadi gaya hidup masyarakat saat ini, tapi sudah menjadi kebutuhan ditengah pandemi.  Jadi disiplinlah pada protokol kesehatan untuk melindungi diri kita dan keluarga," ujar NR.**

Berita Lainnya

Index