Iniriau.com, PEKANBARU - Setiap tahunnya, jumlah kasus penderita HIV/AIDS di Pekanbaru terus menunjukkan tren yang selalu meningkat akibat minimnya sosialisasi pencegahan di masyarakat. Kondisi ini, tentu saja membuat anggota DPRD Pekanbaru mulai angkat bicara serta menyorot kinerja Dinas Kesehatan Pekanbaru.
Tingginya kasus penderita HIV/AIDS di Pekanbaru, tentunya sangat disesalkan oleh kalangan legislatif di DPRD Kota Pekanbaru. Anggota DPRD Pekanbaru dari Fraksi PKS, Kartini berharap agar Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Kesehatan memberikan perhatian penuh bahkan memprioritaskan tindakan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS kepada masyarakat secara konprehensif. Pasalnya selama ini dilapangan, ia melihat sosilisasi mengenai apa itu HIV /AIDS, gajala, dampak dan solusi yang harus dilakukan masih sangat minim.
"Kita minta dilakukan tindakan pencegahan yang konprehensif, lakukan sosialisasi keberbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak usia sekolah, usia produktif yakni antara 20 hingga 30 tahun yang berada didunia kampus dan dunia kerja. Bahkan sosialisasi yang berkelanjutan hingga tingkat keluarga, jika tidak kasus HIV/AIDS ini akan mengalami tren kenaikan setiap tahunnya," ungkap Kartini kepada Iniriau.com, Kamis (10/10/2019).
Politisi PKS ini menyakini, banyak diantara masyarakat yang kurang tau dengan HIV/AIDS dan bagaimana langkah pencegahan dan solusi yang harus diambil ketika berhadapan atau mengalami langsung dengan HIV/AIDS. Menurut Kartini, harus dilakukan sosialisai yang maksimal baik dilingkungan masyarakat atau keluarga, lingkungan sekolah hingga lingkungan kampus dan lingkungan kerja.
"Pemerintah harus maksimal lakukan sosialisasi dan pencegahan, tentunnya juga dibarengi dengan pendekatan agama yang dilakukan oleh keluarga maupun pemerintah dengan bekoordinasi dengan dapartemen agama," jelas Kartini.
Disamping itu, Kartini juga menghimbau agar masyarakat untuk intens melakukan pemeriksaan kesehatan, bahkan jika ada diantara masyarakat yang terkena atau terdampak penyebaran HIV/AIDS ini segera melaporkan ke pusat layanan kesehatan yang ada, bahkan masyarakat tidak perlu khawatir dan takut karena status setiap pasien atau korban dari penyebaran HIV/AIDS ini akan dilindungi dengan aman.
"Kepada masyarakat atau penderita kita harap segera lakukan pemeriksaan keunit layanan kesehatan atau melapor ke dinas kesehatan, tidak usah takut karena setiap rumah sakit akan melindungi status pasien, karena makin didiamkan kita khawatir makin banyak korban," Pungkas Kartini.
Untuk diketahui, saat ini Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru sudah melakukan validasi data HIV/AIDS untuk Triwulan III tahun 2019 yang didapatkan dari data penyebaran pengidap HIV/AIDS di puskesmas. Data tersebut diperoleh dari para pengelola HIV/AIDS di Pekanbaru, yang laporannya mencakup pengidap yakni Lelaki Sex Lelaki (LSL), transgender, ibu hamil hingga pasien TB. Selain itu, ada juga pengidap yang tertular karena penggunaan jarum suntik.
Jumlah pengidap HIV, dari 2004 hingga September 2019 mencapai 1.842. Sedangkan jumlah pengidap AIDS, dalam rentang tahun 2004 hingga September 2019 capai 1.455.
"Kasus HIV/AIDS cendrung naik karena Pekanbaru adalah kota transit di Riau," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Muhammad Amin, Selasa (08/10) lalu.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) diminta, untuk ikut aktif dalam upaya menekan penyebaran HIV/AIDS di Pekanbaru. Caranya, dengan mengajak pasien HIV/AIDS aktif memeriksakan diri ke puskesmas karena tersedia layanan VCT di 21 Puskesmas se Kota Pekanbaru. **