Pers Dimasa Pandemi Covid-19, Antara Tekanan dan Tetap Membangun Optimisme

Sabtu, 05 Desember 2020 | 19:10:03 WIB
-

Jakarta, iniriau.com - Pers Indonesia, adalah salah satu sektor yang cukup terpukul oleh pandemi covid-19, seperti UMKM, industri kreatif dan seni/pariwisata yang juga sangat terdampak oleh pandemi covid-19. Pers harus tertatih-tertatih menyelamatkan diri dari krisis. Sementara UMKM banyak yang gulung tikar,  seniman mengeluhkan tak lagi memiliki ruang untuk berkreasi, karena covid-19 membatasi banyak sisi kehidupan.

 Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk "Tetap Kreatif dan Produktif Dikala Pandemi" yang diadakan secara virtual oleh BBC Media Action dan Dewan Pers, Jumat (4/12).

Diskusi ini menampilkan empat narasumber yakni Dr.Jacky Mussry dari MarkPlus.INC, Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia, Maria Benyamin, budayawan Sujiwo Tejo dan sineas Garin Nugroho. Keempat narasumber ini memaparkan keterpurukan ekonomi yang dirasakan oleh hampir seluruh sektor, khususnya UMKM, industri kreatif dan kalangan pekerja seni.

Meski begitu menurut Jacky Mussry, pelaku UMKM maupun industri kreatif harus bisa melihat peluang dibalik kesulitan ini. "Misalnya dengan melihat trend bisnis apa yang bisa berkembang ditengah pandemi ini," ujar Dr.Jacky. Ia mencontohkan bisnis kuliner, jual beli inline dan membuat konten-konten yang bisa disaksikan secara virtual.

Sedangkan Sujiwo Tejo berpendapat, hanya seniman yang terujilah yang bisa bertahan ditengah pandemi ini. "Seniman yang teruji akan bertahan dengan membuat konser-'konser virtual, yang uptodate dengan kondisi sekarang. Ada juga seniman yang menyerah dengan keadaan ini," ujar Sujiwo. Ia menghimbau masyarakat untuk merubah mindset, kalau dulu nonton konser karena kebutuhan, sekarang, menontonlah dengan niat untuk sedekah juga, agar seniman bisa tetap hidup dan memiliki ruang untuk berkreasi.

Tetapi menurut sineas Garin Nugroho, era digital saat ini belum maksimal dalam melayani kebutuhan orang-orang film. Misalnya keterbatasan infrastruktur dan regulasi yang belum jelas dari pemerintah. Biaya rapid test juga membayang-bayangi orang film, karena kru film yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan orang, sangat membebani para produser.

Pers Motivator

Ditengah kesulitan-kesulitan itulah dunia pers berada. Disisi lain pers menghadapi tekanan cukup berat untuk menyelamatkan diri sendiri agar bisa bertahan ditengah krisis. Sementara dilain sisi, pers harus tetap bisa membangun optimisme di masyarakat, lewat berita-berita yang disajikan.

"Pers di masa pandemi ini punya tugas besar, menyelamatkan kehidupan masyarakat, sekaligus membangkitkan ekonomi mereka. Disini pers harus bijak dalam menyajikan berita, agar masyarakat tidak panik dan pesimis menghadapi pandemi covid-19," ujar Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia, Maria Benyamin.

Beberapa peran pers ditengah pandemi ini, menurut Mari, memberikan informasi yang benar tentang covid19, baik tentang protokol kesehatan dan bagaiman cara menyikapi pandemi agar masyarakat tidak panik. Dengan begitu pers ikut berperan dalam membantu UMKM dan industri kreatif  tetap survive.
 
Meski begitu, pers  tetap harus kritis mengawal kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi ini, sebut Maria. Misalnya mengkritisi pencairan BLT yang disejumlah daerah masih bermasalah.

"Pers harus ikut dalam mendorong dan mengawal pencaira stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah untuk masyarakat terdampak covid19. Ini tugas pers dalam mengkritisi pemerintah, " ujarnya.

Secara umum, Maria melihat tugas pers dimasa pandemi ini tidaklah mudah. Sementara industri pers sendiri nyaris kolap dihantam krisis, namun pers harus tetap tampil sebagai motivator untuk masyarakat. Disini, memang dibutuhkan semangat nasionalisme bersama dari insan pers.

"Apalagi antara masalah kesehatan sering dibenturkan dengan masalah ekonomi. Ini juga menjadi tugas berat pers, bagaimana agar keduanya bisa berjalan beriringan, tanpa yang satu terabaikan," jelas perempuan kelahiran 13 Oktiber 1982 ini.**

Terkini