Iniriau.com, PEKANBARU - Lalai menjaga protokol kesehatan Covid-19, Deslina (54), akhirnya terpapar virus mematikan itu. Tapi nasi sudah jadi bubur, ia kini hanya bisa menyesali sikapnya yang abai, dan berjanji apan disiplin dalam menjaga prokes.
Awal sakit, ibu dua anak ini mengira hanya sakit maag biasa. Ia kemudian berkonsultasi dengan dokter, namun masih belum ada perubahan. Deslina bahkan sempat berpikir dirinya kena penyakit tifus, namun beberapa hari berselang, tidak ada juga perubahan. Tubuhnya semakin menggigil bahkan di tempat panas sekalipun. Perempuan yang biasa disapa Lina ini, berinisiatif untuk pergi ke rumah sakit, karena sudah sangat khawatir dengan kondisi tubuhnya yang semakin menurun.
"Awalnya hanya merasa sakit biasa aja, sempat berpikir maag dan tifus. Namun setelah merasakan kondisi tubuh semakin tidak enak seperti tubuh menggigil, nyeri pada tulang, susah makan dan susah bernafas, saya langsung ke rumah sakit, karena sudah tidak nyaman lagi," ungkap Deslina, Senin (22/11).
Di salah satu rumah sakit swasta di Pekanbaru, Deslina melakukan rapid test dengan hasil positif Covid-19. Ia kemudian melakukan isolasi di rumah sakit selama dua hari untuk check up. Setelah menjalani perawatan dan pengobatan dirumah sakit selama 5 hari, perempuan yang berprofesi sebagai wartawati di salah satu koran harian di Pekanbaru, pulang ke rumah melanjutkan isolasi mandiri.
"Setelah isolasi dirumah sakit, lanjut isolasi dirumah hingga 14 hari. Obat-obatan medis disesuaikan dengan kebutuhan tubuh saat itu," jelas perempuan berkerudung ini.
Keluarga yang khawatir dengan kondisi Deslina saat itu menghubungi dia untuk bertanya kesehatan. Bahkan \anaknya yang baru beberapa hari mendapatkan pekerjaaan di luar kota terpaksa meninggalkan perkerjaan dan pulang kembali ke Pekanbaru. Anak-anaknya sudah berpikir yang terburuk tentang dirinya, seperti banyak pasien Covid-19 yang gagal disembuhkan.
"Saat itu keluarga sangat khawatir dengan kondisi saya. Anak saya yang diluar kota, di Gresik pulang ke Pekanbaru secepatnya. Khawatir saya semakin parah kondisinya. Mereka kemudian membawa saya ke rumah," ungkap Deslina.
Deslina bertutur, ia sampai terpapar akibat melepas masker di tempat umum, di sebuah acara pernikahan, dimana banyak orang berkumpul.
Saat sesi foto, seorang teman meminta dirinya melepas masker. Ia pun menurutinya. Yang lain juga tidak bermasker. "Rasa senang membuat kami lupa bahwa melepas masker di tempat seperti ini sangat beresiko. Dan benar, beberapa harian kemudian saya mulai merasakan gejala itu. Padahal saya tidak pernah kemana-kemana sebelum dan setelahnya," ujar Deslina.
Menjalani perawatan sebagai pasien covid, kenang Deslina sungguh hal yang tidak enak. Perasaan terisolasi sangat memukul mental dan psikis.
"Disaat kita butuh kunjungan dan dukungan dari keluarga, justru mereka jauh dari kita. Melewati hari ke hari terasa sangat lama. Dari situ saya berdoa, semoga Allah tidak lagi menimpakan sakit ini kepada saya," ujarnya.
Selalu ada hikmah dibalik semua. Setelah sembuh, Deslina bisa dikatakan sebagai relawan covid. Selain ia mencontohkan sendiri tentang penerapan prokes, Deslina juga mengingatkan orang-orang di sekitarnya agar tidak lalai dan abai dengan prokes covid.
"Sekarang saya tidak mau lagi lepas masker, meskipun teman memintanya. Saya selalu bawa handsanitizer dan tidak mau kumpul-kumpul dulu. Saya juga tak pernah lelah mengingatkan teman dan keluarga agar taat prokes. Terlalu banyak yang saya korbankan akibat terpapar covid, anak saya kehilangan pekerjaan, belum lagi biaya untuk maintenance kesehatan saya," paparnya.
Mengantisipasi gelombang ketiga covid, wanita yang aktif berorganisasi ini meminta masyarakat tidak eforia, ditengah menurunnya kasus covid. "Kita harus tetap waspada, covid belum usai. Tahan diri, dan jangan bepergian dulu jika tidak perlu," pesannya.
Dia bersyukur karena keluarga dan teman merespon dengan baik setiap saran-saran darinya. Dia yakin, jika semua masyarakat berperilaku taat protokol kesehatan covid dan mau divaksin, mata rantai virus corona ini benar-bebar enyah dari Indonesia. **