Iniriau.com - BALI menghadirkan suasana lain dari biasanya ketika rombongan study jurnalistik PWI Riau yang dipimpin Ketua PWI Zulmansyah Sekedang tiba di ibu kota, Denpasar, Jumat (7/12) lalu. Bali kali ini terlihat sepi. Wajah-wajah bule yang biasanya mendominasi pemandangan di Bandara Ngurah Rai dan sepanjang jalan, nyaris tak terlihat lagi. Yang ada hanya pemandangan tak biasa, hotel, toko dan kafe-kafe yang tutup!
Bali memang sedang terpuruk. Pandemi covid19 telah meluluhlantakkan sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung, hingga perekonomian Bali nyaris lumpuh.
"Kami tidak sedang baik-baik saja. Hotel, resto dan kafe banyak yang tutup. Ada hotel besar yang baru buka sebulan langsung tutup, tak kuat menanggung biaya operasional sementara pengunjung tidak ada. Pengangguran dimana-mana. Mereka yang di PHK banyak beralih profesi jadi petani, pulang kampung ke daerah asal," ujar Bli Sandey, pemandu wisata selama rombongan PWI Riau berada di Bali.
"Kedatangan bapak dan ibu dari PWI Riau bukan tidak ada artinya bagi kami. Kunjungan ini membawa harapan, kami jadi optimis lagi menatap ke depan," ujar Bli Sundey lagi.
Lanjut Bli Sundey, dejak Pemprov Bali membuka lagi penerbangan dari luar negeri pada 14 November, belum ada satu penerbangan pun yang masuk. Artinya, Bali masih akan menggantungkan harapan pada turis lokal untuk menghidupkan lagi pariwisata mereka.
"Jika pun ada turis asing, mereka masuk dari Bandara Soeta, atau ekspatriat," jelas Suandey.
Namun Bli Sunday tak patah semangat. Ia yakin Bali segera pulih, seiring meredanya corona. Keyakinan itu menjadi modal baginya untuk bekerja, memandu wisatawan domestik yang mulai berdatangan untuk menikmati indahnya alam Pulau Dewata.
Masyarakat Optimis
Bagi Bali, pariwisata adalah nadi kehidupan mereka. Meski terpuruk, mereka tidak ingin sampai mati harapan. Bagaimanapun caranya, Bali harus bangkit. Dan itu tercermin dari sikap masyarakatnya yang tetap optimis mentap ke depan. Mental masyarakat pariwisata Bali memang sangat teruji. Mereka tetap tangguh, tetap ramah dan semangat meski badai corona belum berhenti.
"Bulan Desember ini Bali mulai ramai lagi oleh wisatawan domestik. Warung saya sudah banyak pengunjung. Sebelumnya hanya dua atau tiga orang yang datang untuk minum air kelapa muda. Hari ini dari tadi pagi sudah banyak pengunjung. Saya yakin Bali akan didatangi banyak wisatawan lagi," ujar Wayan (22), penjual kelapa muda di Tanah Lot yang mengaku tetap membuka warung, meski sepi.
Ayu, penjual keliling kain khas Bali, tak pernah lelah menawarkan dagangannya. (Foto: lna)
Ayu, penjual sovenir keliling tak pernah putus asa mengejar calon pembeli. Begitu bus pariwisata menurunkan penumpag, ia terburu-buru mendatangi setiap pengunjung, dan memawarkan dagangannya.
"Ayo dibeli oleh-olehnya bu, sudah setahun kami sepi, tidak ada pembeli," ujar Ayu mendatangi seorang ibu.
Tak dapat pembeli, Ayu tak lelah. Ia tetap tersenyum ramah. "Saya yakin akan ada yang beli, dari 10 orangvsaya tawarkan, satu atau dua orang pasti ada yang beli," ujarnya sambil terus berlalu, untuk mencari calon-calon pembeli baru.
Lima hari berada di Bali, kesan yang didapat adalah masyarakat yang selalu optimis, ramah dan patuh protokol kesehatan. Masyarakat Bali seperti sangat paham bahwa mematuhi prokes covid-19, adalah salah satu upaya mempercepat penanganan covid-19, dan memulihkan kembali pariwisata Bali. Seperti kata Bli Sunday, datanglah ke Bali, agar mereka bisa menyambung harapan lagi untuk keadaan yang semakin membaik. Dan, Bali akan menggeliat lagi.**