Elpiji 12 kg Naik Jadi Rp180 Ribu, Konsumen Beralih ke Subsidi

Selasa, 04 Januari 2022 | 19:07:19 WIB
Ilustrasi-internet

iniriau.com, JAKARTA- Kebijakan PT Pertamina (Persero) yang menaikkan harga gas elpiji non-subsidi secara bertahap sebesar Rp1.600-Rp2.600 per kg sejak Sabtu (25/12) lalu, mulai dikeluhkan para ibu rumahtangga. Pasalnya kini harga gas elpiji non subsidi ditingkat pengecer mencapai Rp180 ribu pertabung. Padahal biasanya hanya berkisar Rp 165 ribu per tabung.

Seperti mami naomi, (53) seorang ibu rumah tangga yang tinggal di daerah Rawa Belong, Jakarta Barat, mengaku kaget dengan kenaikan harga gas elpiji non subsidi tersebut.

"Saya tidak tau. Kaget juga karena biasanya beli Rp 160 ribu atau Rp 165 ribu." Ujarnya Selasa (4/1).

Akibat kenaikan ini pengeluaran rutin setiap bulan akan bertambah. Sementara pemasukan tidak ada peningkatan malah berkurang sejak pandemi Covid-19.

Selain itu harga kebutuhan harian juga banyak yang naik. Seperti minyak goreng kemasan kini memcapai Rp 19 ribu per liter. Telur satu kilogram sekarang mencapai Rp29.225. Belum lagi harga cabai dan kebutuhan lainnya yang juga naik.

Hal yang sama dikeluhkan Mala (43). Salah seorang warga yang bedomisili di Jakarta Selatan. Mala malah mengaku   keberatan dengan kenaikan harga gas LPG non-subsidi. Pasalnya, kebijakan ini diterapkan pemerintah saat ekonomi warga tidak stabil.  Oleh karena itu, ibu rumah tangga ini berencana  beralih ke gas LPG subsidi 3 kg.

" Mahal, saya tidak sanggup. Nanti beralih saja ke gas elpiji subsidi." Ujarnya.

Untuk diketahui, Pertamina menaikan harga gas non-subsidi karena terjadi lonjakan harga di level internasional, khususnya harga Contract Price Aramco (CPA). Saat ini, porsi konsumsi elpiji non-subsidi sekitar 7,5 persen.**

Terkini