Hoaks Jadi Ancaman, Apa Peran Perempuan dalam Literasi Digital?

Rabu, 16 Maret 2022 | 09:43:45 WIB
Hoaks Sebagai ancaman digital (foto: istimewa)

Iniriau.com, JAKARTA - Dari 273,9 juta masyarakat Indonesia, sekitar 200 juta diantaranya saat ini telah memiliki akses internet. Internet memudahkan kita dalam mendapatkan jutaan  informasi dengan hanya mengusap jari kita. Namun berdasarkan riset yang dilakukan oleh Katadata Insight Center di 2021, 11,9% responden mengakui bahwa mereka masih menyebarkan hoaks (meningkat 0,7% dari 2020). Bahkan mayoritas dari mereka menyebarkan hoaks karena mereka membagikan informasi tanpa mempertimbangkan apakah informasi tersebut akurat atau hoaks.

Menurut Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, pihaknya sudah mengelar  berbagai pelatihan literasi digital. Dimana pelatihan tersebut berbasis 4 pilar utama, yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan amanat digital.

" Kami mengelar pelatihan literasi digital berbasis 4 pilar utama. Yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan amanat digital," ujar Semuel Abrijani Pangerapan. Bahkan hingga tahun 2021 lalu, program literasi digital ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di 514 kabupaten/kota pada 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Peran Perempuan dalam Literasi Digital

Menariknya, Survei Indeks Literasi Digital Nasional 2021 mengungkap bahwa persentase perempuan yang menggunakan internet ternyata lebih tinggi daripada laki-laki, yakni di 56,6%.

Angka tersebut menunjukkan bahwa perempuan Indonesia telah mendapatkan akses ke teknologi dan sekarang sedang menjalani migrasi dan transformasi digital. Selanjutnya, menurut Survei Indeks Literasi Digital Nasional 2021, acuan utama yang digunakan untuk mengklarifikasi hoaks selain dari internet itu sendiri adalah anggota keluarga. Maka dari itu, para ibu, isteri, anak perempuan, bahkan nenek memiliki peran yang sangat krusial dalam menjaga anggota keluarga lainnya dari tertipu oleh gelombang hoaks.

"Perempuan berperan dalam membentuk karakter bangsa. Perempuan tak hanya membangun dirinya dan keluarganya, tapi juga membangun masyarakat dan negara. Sebuah keluarga dan bangsa akan menjadi kuat dan berdaya jika perempuan-perempuan yang ada didalamnya juga kuat dan cerdas. Karenanya, perempuan harus adaptif terhadap informasi teknologi yang semakin dinamis dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengembangkan diri serta berkontribusi dalam proses mewujudkan Indonesia Digital Nation," tutup Semuel.**

Terkini