iniriau.com, PEKANBARU — Suasana duka menyelimuti rumah Abdul Hamid di Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru. Wajahnya tampak sembab, matanya merah, dan suaranya bergetar ketika mengenang putra yang baru saja pergi untuk selamanya. Anak laki-lakinya tewas setelah diduga menjadi korban pengeroyokan massa.
Korban sebelumnya dituduh mencuri. Namun, keluarga besar Hamid meyakini ada sesuatu yang tidak wajar di balik kematian tragis tersebut. “Saya masih tidak percaya. Malam itu dia masih sempat bercanda. Tak ada firasat sedikit pun,” ujar Hamid pelan, menahan tangis.
Malam kejadian, Hamid baru pulang dari tempat kerja sekitar pukul 23.00 WIB. Sang anak, yang masih muda, sempat meminta izin keluar membeli makanan.
“Dia bilang lapar dan ingin makan nasi goreng. Saya sempat larang karena sudah larut, apalagi ada kabar akan ada keributan di sekitar sini,” tutur Hamid.
Beberapa jam kemudian, anak itu tak lagi terlihat di rumah. Hamid mencari ke berbagai tempat, namun hasilnya nihil. Hingga pagi menjelang, kabar duka datang menghantam—anaknya ditemukan di rumah sakit dalam kondisi tak bernyawa.
“Waktu saya lihat jasadnya, tubuhnya penuh luka dan lebam. Hati saya hancur. Tidak ada orang tua yang siap melihat anaknya seperti itu,” kata Hamid dengan mata berkaca-kaca.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan korban masih hidup ketika dipukuli warga. Di tubuhnya tampak luka parah di kepala, diduga akibat hantaman benda keras. “Kalau lihat videonya, dia jelas disiksa. Saya yakin anak saya bukan pencuri seperti yang dituduhkan,” tegas Hamid.
Kejanggalan lain, beberapa barang pribadi korban seperti ponsel, tas, dan sepatu juga raib. Keluarga menduga ada upaya menghilangkan barang bukti. “Kalau HP itu ketemu, mungkin bisa tahu siapa yang terakhir bersamanya,” ucap Hamid.
Kini, keluarga telah melaporkan peristiwa itu ke Polresta Pekanbaru dan Polsek Bukit Raya. Mereka berharap penyidik bertindak cepat mengungkap kebenaran. “Saya tidak mau ada lagi orang tua yang kehilangan anak karena main hakim sendiri. Saya hanya minta keadilan ditegakkan,” kata Hamid menutup percakapan.**