Bahas Perkembangan Ekonomi Riau 2019, BI Riau Singgung Kasus Karhutla

Bahas Perkembangan Ekonomi Riau 2019, BI Riau Singgung Kasus Karhutla
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Riau (KPw BI Riau) menggelar diseminasi laporan perekonomian Riau periode Agustus 2019 serta Perkembangan Fiskal Regional Semester I tahun 2019.

Iniriau.com, PEKANBARU - Dalam rangka membahas perkembangan perekonomian terkini dan prospek ke depan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Riau (KPw BI Riau) menggelar diseminasi laporan perekonomian Riau periode Agustus 2019 serta Perkembangan Fiskal Regional Semester I tahun 2019. BI Riau memprediksi, pertumbuhan ekonomi Riau masih tetap melambat terlebih lagi dengan adanya bencana kabut asap pada beberapa waktu lalu.

Kegiatan diseminasi kali ini, dihadiri oleh Kepala BI perwakilan Riau - Decymus dan perwakilan OJK Riau serta ratusan peserta yang berasal dari kalangan SKPD, akademisi, pengamat ekonomi, perbankan dan pelaku bisnis di Pekanbaru. Para peserta mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan ekonomi Riau terkini serta lerkembangan fiskal daerah, yang disampaikan oleh Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Riau - Teguh Setiadi dan Bakhtarudin selaku Kepala Kanwil Dirjen Perbendaharaan Provinsi Riau.

Pada bulan September lalu, Riau mengalami deflasi sebesar 0,32 persen. Namun jika dihitung secara akumulasi tahunan atau years on years, inflasi Riau berjumlah sebesar 4,02 persen. BI Riau mencatat, pertumbuhan ekonomi Riau sejak tahun 2013 lalu hingga saat ini terus melambat.

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan kedua tahun 2019, hanya mampu tumbuh melambat sebesar 2,80 persen yang disebabkan oleh lapangan usaha yang mengalami kontraksi serta bidang pertanian,  kehutanan dan perikanan yang mengalami kenaikan sebesar 3,87 persen. Sedangkan pada triwulan pertama lalu, perekonomian Riau mampu tumbuh sebesar 2,87 persen.

Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Riau, Teguh Setiadi mengatakan, meski ada banyak momen yang terjadi di sepanjang tahun 2019 sebut saja seperti perayaan hari raya Idul Fitri dan Pemilu, namun tidak memberikan dampak yang cukup positif bagi pertumbuhan ekonomi Riau. Bahkan kasus karhutla yang terjadi pada bulan Agustus - September 2019 lalu, membuat pertumbuhan ekonomi Riau menjadi terkoreksi.

"Meski kasus karhutla di Riau tidak separah tahun 2015 lalu, namun tetap berpengaruh kepada perekonomian masyarakat. Dampak kerugian akibat karhutla meliputi sektor pendidikan, kesehatan, hotel, perkebunan, kelistrikan, perdagangan dan penerbangan. Kasus karhutla membuat pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2019 menjadi terkoreksi dikisaran angka 0,21-0,24 persen," ungkap Teguh kepada Iniriau.com, Kamis (10/10).

Teguh menambahkan, pada triwulan kedua ini pertumbuhan aset perbankan Riau berada pada tren meningkat, namun pertumbuhan kredit masih melambat yang disebabkan oleh beberapa faktor. Beruntung, kinerja pendapatan Pemprov Riau mengalami peningkatan meski jumlah PAD mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan pertama lalu.

"Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, ekonomi Riau selalu dipengaruhi oleh sumber daya alam. Secara umum, perekonomian Riau berada di bawah potensi yang dimiliki sehingga membutuhkan peran  aktif pemerintah daerah salah satunya dengan menggenjot pendapatan dari sektor pajak," beber Teguh.

Prospek perekonomian Riau ke depan, masih tergantung dengan minyak dan kelapa sawit namun tidak terlalu menjanjikan. Pada tahun 2020 mendatang, perekonomian Riau diprediksi bisa tumbuh pada kisaran angka 2,5-3,0 persen. **

Berita Lainnya

Index