Iniriau.com, PEKANBARU - Asap tebal akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pagi ini masih menyelimuti langit di dua provinsi itu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilisi jarak pandang yang pendek dan kondisi cuaca yang berasap di dua provinsi itu.
Sedang di Kalimantan karhutla relatif sudah berkurang dan tidak terdeteksi asap di seluruh Kalimantan.
Berikut adalah data jarak pandang dan cuaca di beberapa bandara di Sumatera dan Kalimantan yang Tribunpekanbaru.com terima dari BNPB, Kamis (17/10/2019).
Sibolga 3.2 km (berasap), Pekanbaru 2.0 km (udara kabur), Kerinci 3.0 km (berawan), Jambi 0.4 km (berasap), Palembang 0.8 km (berasap), Pontianak lebih dari 10 km (berawan), Sintang 5.0 km (udara kabur), Pangkalan Bun 6.0 km (berawan), Sampit 7 km (berawan), Palangkaraya lebih dari 10 km (berawan), dan Banjarmasin 5.0 km (udara kabur).
Pantauan hotspot dari LAPAN yang dianalisis oleh BMKG pada jam 07.00 WIB dengan tingkat kepercayaan 81% - 100% menunjukkan Riau 16 titik, Jambi 134 titik, Sumatera Selatan 89 titik, Kalimantan Barat 1 titik, Kalimantan tengah 21 titik, dan Kalimantan Selatan 8 titik.
"Terlihat jumlah hotspot yang cukup banyak di Papua yaitu 267 titik yang sebagian besar terdapat di Kabupaten Merauke yaitu 263 titik yang tersebar di 17 distrik," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya.
Hot spot itu tersebar antara lain di Animha, Elikobel, Ilwayab, Jagebob, Kaptel, Kimaan, Kurik, Malind, Merauke, Muting, Naukenjerai, Ngguti, Okaba, Sota, Tabonjo, Tanahmiring, Tubang, dan Waan.
BNPB Rabu (16/10/2019) Kemarin mendeteksi 23 titik api di 11 Distrik di Kabupaten Merauke, Papua.
"Berdasarkan data laporan yang diterima Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari Liaison Officer (LO) BNPB Satuan Danrem Merauke, rata-rata kebakaran lahan tersebut disebabkan oleh faktor kesengajaan manusia untuk tujuan tertentu," lanjutnya.
Adapun rincian wilayah yang terdeteksi di antaranya adalah; 3 titik di Distrik Animha berupa lahan ladang karet dan akasia dan vegetasi rawa.
Masyarakat sengaja membakar untuk membuka lahan akan tetapi upaya pembakaran tersebut dijaga oleh masyarakat supaya apinya tidak menjalar. Selain untuk membuka lahan, tujuan dari pembakaran lahan itu juga dilakukan masyarakan untuk mencari ikan gastor.
Kemudian 2 titik api ditemukan di Distrik Ilwayab masing-masing di Kampung Bibikem dan Kampung Padua. Kebakaran lahan tersebut disebabkan oleh faktor kesengajaan manusia dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan rumput pascakebakaran sebagai makanan utama rusa dan kanguru sebagai hewan buruan masyarakat sekitar.
Selain itu pembakaran juga dilakukan sebagai tradisi meminta hujan.
Selanjutnya 3 titik api terpantau berada di Distrik Kurik masing-masing tersebar di Kampung Harapan, Kampung Ivimahad dan Kampung Salor Indah.
Titik api tersebut terdeteksi dari jerami yang sengaja dibakar masyarakat dengan tujuan untuk membuka kembali lahan pertanian pascapanen.
Sama halnya dengan Distrik Kurik, titik api yang terdeteksi di 2 lokasi di Distrik Malind masing-masing Kampung Kumbe dan Kampung Rawasari juga terdeteksi dari jerami yang sengaja dibakar masyarakat dengan tujuan untuk membuka kembali lahan pertanian pascapanen.
Kemudian 2 titik api terdeteksi di Distrik Merauke dan 4 di Distrik Naukenjerai dari kebakaran ilalang dan jerami yang sengaja dibakar oleh orang tak dikenal dengan tujuan untuk membersihkan lahan pada musim kemarau dan mencari tikus.
Selanjutnya 1 titik api terdeteksi di Kampung Okaba, Distrik Okaba berupa rawa kering yang sengaja dibakar untuk mencari ikan.
Titik api selanjutnya terdeteksi di jalan Trans Papua di Distrik Sota dari kebakaran yang berupa ilalang dan semak di kanan-kiri jalan oleh oknum tak dikenal. Adapun tujuannya ialah untuk berburu dan tradisi adat.
Kemudian 2 titik api terdeteksi di Kampung Suwam Distrik Tabonji berupa lahan dan ilalang yang sengaja dibakar untuk merangsang pertumbuhan rumput sebagai makanan utama rusa dan kanguru, hewan buruan masyarakat.
Hal serupa juga terjadi di Distrik Tanah Miring dan Distrik Kimaam, yang mana masyarakat masih memegang teguh tradisi berburu dengan cara tersebut selama bertahun-tahun.
"Sejauh ini pihak-pihak berwenang telah melakukan langkah upaya pemadaman bersama masyarakat menggunakan alat manual," urai Agus Wibowo.
Selain itu sosialisasi tentang bahaya kebakaran hutan dan larangan membuka lahan dengan cara membakar hutan juga telah dilakukan bersama unsur TNI/POLRI dan Pemerintah Daerah setempat.
Kendati demikian masyarakat tetap melakukan pembakaran karena kepercayan mereka hingga saat ini.(Tribunpekanbaru)
