Iniriau.com - Laporan sebelumnya menyebutkan, virus corona jenis baru, 2019-nCoV, telah menjangkiti 5.794 orang dengan 132 kasus kematian. Artinya, mortality rate atau tingkat kematian yang disebabkan virus tersebut berkisar 2,2 persen.
Sehari berselang, tepatnya pada 29 Januari 2020, tercatat sudah ada lebih dari 7.000 kasus novel coronavirus terkonfirmasi di China. Korban jiwa pun bertambah menjadi 170 orang.
Melihat perbandingan jumlah total kasus orang yang terjangkit dengan orang yang dilaporkan meninggal dunia akibat novel coronavirus, Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K) dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK-UI RS Persahabatan, mengungkapkan, case fatality rate dari wabah ini masih tergolong rendah.
Dari kasus ini, Erlina menjelaskan bagaimana novel coronavirus bisa merenggut nyawa korban yang terinfeksi. Menurut dia, sistem imun memainkan peran penting dalam hal sejauh mana pasien yang terpapar mampu bertahan hidup.
Ketika sistem imun seseorang yang sudah mengalami infeksi saluran napas rendah, maka risiko mengalami kondisi yang lebih parah mungkin saja terjadi.
“Kalau sistem imun orang yang terpapar itu lemah, dari infeksi saluran napas atas bisa berkembang menjadi infeksi saluran napas bawah. Artinya, jaringan parunya sudah terinfeksi juga sehingga menimbulkan sesak napas,” terang Erlina di Salemba, Jakarta, Kamis (30/1). Dari situlah risiko kematian akibat terinfeksi novel coronavirus bisa muncul.
Sistem imun yang rendah, menurut Erlina, rentan ditemukan pada lanjut usia (lansia). Pada populasi ini pula penyakit penyerta yang bisa memperburuk kondisi seseorang setelah terpapar novel coronavirus ditemukan.
Penyebab kematian akibat novel coronavirus pun erat kaitannya dengan penyakit penyerta yang sudah sejak lama dialami pasien sebelum terpapar novel coronavirus.
“Pasiennya sendiri sudah punya penyakit penyerta lainnya. Biasanya orang tua yang sistem imunnya memang rendah. Sehingga begitu terinfeksi, (kasusnya) menjadi berat dan kalau berat akhirnya gagal napas itu yang bisa menyebabkan meninggal dunia,” terang Erlina.
Di sisi lain, rilis dari Kedutaan Besar China yang diterima kumparan menyebutkan, sumber utama kematian akibat novel coronavirus adalah terjadinya pneumonia atau infeksi paru-paru akut pada penderitanya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang paling rentan terkena novel coronavirus novel adalah mereka yang telah lanjut usia dan menderita penyakit dasar atau memiliki riwayat penyakit parah. Hipotesis yang serupa dengan penjelasan Erlina tadi.
Kasus kematian juga didominasi oleh para orang tua dan orang-orang yang memiliki penyakit kronis. Anak-anak dan bayi juga disebut sebagai populasi paling rentan terkena virus corona.
Ketika gejala ini muncul, virus corona bisa dideteksi melalui saluran pernapasan atau sampel darah. Pasien yang suspect coronavirus harus dipindahkan ke rumah sakit rujukan dan dirawat di ruang ICU dan diisolasi.
WHO sendiri akhirnya mengumumkan keadaan darurat global untuk wabah virus corona yang terjadi di China dan beberapa negara lain. Keputusan ini ditetapkan oleh Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, per Kamis (30/1). (kumparan)