Iniriau.com, JAKARTA - China tengah menghadapi gelombang kedua virus corona atau Covid-19. Hal ini terjadi setelah otoritas setempat mencabut status karantina wilayahnya.
Indonesia perlu mewaspadai hal serupa. Setelah virus yang menyerang bagian pernapasan itu mereda, tak berarti kasus berakhir. Tak menutup kemungkinan terjadi gelombang kedua kasus Covid-19.
Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Adib Khumaidi, menjelaskan tiga cara agar Indonesia tak diterpa gelombang kedua Covid-19. Pertama, pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pengawasan (ODP) maupun pasien positif Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh harus didata.
"Mereka itu harus tetap di dalam data tracing kontak," kata Adib saat dihubungi merdeka.com, Jumat (10/4).
Kedua, dinas kesehatan dan puskesmas harus membangun koordinasi yang baik untuk memantau PDP, ODP dan pasien yang sudah sembuh. Selanjutnya dinas kesehatan dan puskesmas bekerja sama dengan perangkat RW maupun RT.
Ketiga, semua pihak harus saling mengedukasi untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih.
"Saat ini yang diterapkan terkait coronavirus harus bisa jadi gaya hidup masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kebersihan, menjaga kesehatan," ujarnya.
Adib menjelaskan pada dasarnya virus corona sangat bisa bermutasi. Seperti yang terjadi beberapa puluhan tahun silam. Coronavirus sudah bermutasi berkali-kali.
"Dari coronavirus yang dulu menjadi SARS, kemudian menjadi Mers-CoV, menjadi SARS CoV-2. Itu kan adalah sebuah proses dalam perubahan bermutasi dari coronavirus sendiri. Nah SARS CoV-2 ini pun masih ada kemungkinan (bermutasi)," terangnya.
Kendati virus mampu bermutasi, manusia dan lingkungan tetap menjadi penentu. Bila manusia dan lingkungan bersih, virus tak akan mampu bermutasi.
"Nah ini nanti kembali lagi pada host dan lingkungan. Host kita manusianya, lingkungan yang harus juga. Ini dua yang harus dijaga," pungkas Adib.**
Sumber: Merdeka
