Iniriau.com, PEKANBARU - Nurhayati, Ketua rukun tetangga (RT) 02 dan rekannya sesama RT di RW 08, Kelurahan Tangkerang Tengah, Kecamatan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Jumat (8/5/20) malam, mengamuk di Kantor Lurah Tangkerang Tengah.
Nurhayati dan teman sejawatnya (ketua RT) di lingkup RW 08 mengamuk karena Junaidi selaku Lurah Tangkerang Tengah diduga tidak transparan dalam membagikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak COVID-19. Bansos dibagikan diam-diam pada malam hari.
Dari 178 kepala keluarga (KK) yang ada di RT 02, Nurhayati sudah mengajukam 68 KK yang layak mendapat bantuan dari Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru. Dan nama-nama Ke-68 KK tersebut sudah diserahkan kepada Subhan selalu pendamping kelurahan. Namun, yang diakomodir hanya 2 KK saja.
Nurhayati kepada media ini, Sabtu (9/5/20) malam, mengungkapkan, selaku ujung tombak terdepan dalam mendata warga terdampak COVID-19, Subhan tidak menjelaskan alasan 66 KK lainnya yang ia ajukan tidak diakomodir.
Selain itu, saat pembagian sembako dilakukan, ia selaku Ketua RT juga tidak diberi tahu. Padahal, 2 KK yang menerima bantuan yang bersumber dari APBD Kota Pekanbaru tersebut adalah warga RT 02. Nurhayati mempertanyakan mengapa bantuan diberikan usai berbuka puasa. Untung akhirnya ia dan RT RW lainyya mengetaui operasi senyap (pemberian sembako diam-diam) ala Lurah Junaidi tersebut.
Usai berbuka puasa, Nur bersama warga dan ketua RT lainnya mendatangi Kantor Lurah. Di Kantor Lurah sudah ada Babinsa, Bhabinkamtibmas, pendamping kelurahan dan Lurah Junaidi.
Mengetahui warganya yang menerima bantuan hanya 2 KK dari 68 KK yang diusulkan, Nur pun mengamuk, melampiaskan kemarahannya.
Ia kesal dengan sistem penyerahan bantuan yang tidak melibatkan RT dan RW. Sementara RT dan RW diminta mendata warga terdampak COVID-19.
"Saya menilai di RT saya ada 68 KK yang layak mendapat bantuan, ternyata dapat hanya 2 KK. Itupun diberikan diam-diam dengan cara menelpon yang bersangkutan. Ini sudah tidak benar," tegas Nurhayati.
Sementara dari RT 04 diusulkan sebanyak 65 KK. Tapi, Nurhayati tak tahu berapa KK yang diakomodir pendamping dan pihak Lurah.
Puncak dari kekesalan para ketua RT di RW 08 Kelurahan Tangkerang Tengah, ungkap Nur, mereka sepakat menolak bantuan yang diberikan. "Dari pada ribut dan saya diomeli warga, kami (para Ketua RT) di RW 08 menolak bantuan tersebut," ujar Nurhayati.
Akibat kisruh tersebut, Nurhayati meminta kembali berkas data warga yang diserahkannya kepada Subhan. Namun, Subhan tak langsung memberikan. Dia berjanji untuk mengembalikan berkas KK terdampak COVID-19 tersebut kepada Nurhayati.
"Saya tak ingin data yang saya berikan disalah gunakan," tegasnya.
Sementara itu, Subhan ketika dikonfirmasi, Sabtu (9/5/20) malam menjelaskan, selaku pendamping kelurahan, tugasnya hanya menginput data warga terdampak COVID-19 yang diserahkan RW. Setelah diinput kemudian diserahkan ke lurah. Lurah meneruskan ke camat.
Jadi, ungkap Subhan, pihaknya tidak punya kewenangan menilai data warga terdampak COVID-19 yang diajukan RT maupun RW.
"Saya hanya menginput data yang diserahkan RT ke RW. RW kemudian menyerahkan kepada saya. Itu (data dari RW) yang saya input. setelah saya input saya serahkan ke luruh, hanya itu tugas saya selalu pendamping," kata Subhan yang sehari-hari adalah dosen di UIR dan UNRI.
Pada kesempatan itu, Subhan yang tengah menyelesaikan S3 di Malaysia itu, mengstakan, KK yang diajukan Ketua RT 02 dan RT lainnya dilingkup RW 08 bukannya tidak menerima bantuan sembako, hanya saja belum turun.
"Semua yang terdampak COVID-19 akan menerima, tapi kapan saya tidak tahu. Soalnya, itu urusan Dinas Sosial, tugas saya hanya menginput data," tegas Subhan yang sudah dua tahun menjadi pendamping kelurahan di Kelurahan Tangkerang Tengah.
Subhan juga menjelaskan, bantuan kepada warga terdampak COVID-19 yang disalurkan itu, berupa beras 6,5 kg, indome, telur satu papan, ikan kaleng (sarden). "Bantuan yang diberikan kemarin (Jumat) malam, beras 6,5 kg, Indomie, telur satu papan, sarden," pungkasnya.**