Iniriau.com, WASHINGTON - Krisis ekonomi akibat Covid-19 diperkirakan tidak seburuk prediksi awal. Namun, proses pemulihan ekonomi ke depan masih harus menghadapi pendakian yang sulit.
Pada Juni lalu, IMF memproyeksikan terjadi kontraksi sebesar 4,9 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) dunia tahun ini. Tetapi, ekonomi global menunjukkan kinerja lebih baik dari ekspektasi IMF pada kuartal II dan III tahun ini.
Hal itu diperkirakan mengarah pada revisi sedikit ke atas untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang akan dirilis IMF minggu depan. “Gambaran hari ini ternyata tidak terlalu mengerikan. Kami sekarang melihat bahwa perkembangan di kuartal II dan III agak lebih baik dari yang diperkirakan di awal. Ekonomi global sedang bangkit kembali dari kedalaman krisis, tapi bencana ini masih jauh dari selesai,” ujar Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva dalam pidatonya di Washington.
Dia menjelaskan, kinerja yang lebih baik dari perkiraan awal berasal dari langkah kebijakan yang luar biasa dari para pemerintah negara-negara anggota. Terutama dari gelontoran bantuan ekonomi untuk dapat menopang aktivitas berbagai sektor usaha, di mana pada saat bersamaan harus menutup perbatasan akibat Covid-19.
“Pemerintah telah memberikan sekitar 12 triliun dolar AS dukungan fiskal kepada rumah tangga dan perusahaan. Tindakan kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya juga telah mempertahankan aliran kredit, membantu jutaan perusahaan untuk tetap berbisnis,” kata Georgieva.
Sisi lain dari stimulus besar ini adalah meningkatnya utang pemerintah. Menurut IMF, utang publik global akan mencapai rekor tertinggi 100 persen dari PDB tahun ini. IMF memperingatkan, kinerja ekonomi apa pun selama beberapa bulan dan tahun mendatang pasti akan bergantung pada bagaimana penanganan kesehatan masyarakat.
Georgieva menyebut, risiko membengkaknya utang publik tetap tinggi, termasuk dari meningkatnya kebangkrutan dan valuasi di pasar keuangan. Akibatnya banyak negara menjadi lebih rentan. Tingkat utang meningkat karena respons fiskal terhadap krisis dan kerugian besar pada output dan pendapatan.
IMF tidak berekspektasi besar ekonomi global akan kembali pulih ke level sebelum adanya Covid-19 dalam jangka menengah. “Jalan di depan penuh dengan ketidakpastian yang luar biasa. Kemajuan yang lebih cepat pada tindakan kesehatan, seperti vaksin, dapat mempercepat pendakian itu. Tapi bisa juga bertambah parah jika terjadi peningkatan infeksi wabah yang signifikan,” kata Georgieva. **
Sumber: Inews