Titik Api di Riau Turun, Operasi Modifikasi Cuaca Digelar

Titik Api di Riau Turun, Operasi Modifikasi Cuaca Digelar
Foto dok: istimewa

Iniriau.com, PEKANBARU - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan sejumlah lembaga menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai meluas di Provinsi Riau.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Basar Manullang mengatakan pihaknya telah menurunkan satu unit helikopter tipe Bell-412 ke lokasi karhutla untuk melakukan pemadaman dengan air melalui udara.

"Selain itu dalam waktu dekat KLHK bersama BNPB, BPPT, TNI Angkatan Udara, BMKG dan BPBD Riau juga akan melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Riau dan sekitarnya," kata dia dikutip melalui keterangan resmi KLHK, Selasa (2/3).

Ia mengatakan tim pemadaman melakukan patroli udara dan pengecekan karhutla di beberapa titik di Riau, meliputi Karya Indah, Pematang Pudu, Lubuk Gaung, Bukit Timah, Pergam Rupat, Tanjung Leban, dan SM. Giam Siak Kecil.

Pada beberapa lokasi, titik api sudah berhasil dipadamkan. Mengutip situs SiPongi, titik api di wilayah Riau turun menjadi dua pada periode 23 Februari-1 Maret. Tadinya, titik api mencapai 31 pada periode 16-22 Februari.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau memprediksi kejadian karhutla di wilayah tersebut masih akan terus berlanjut sampai Idul Fitri atau Mei 2021. Alasannya karena faktor utama karhutla yang dinilai belum dibenahi dan berkaca pada waktu kejadian karhutla setiap tahunnya.

"Prediksikan masih akan terjadi hingga lebaran," ucap Deputi Direktur Walhi Riau Fandi Rahman.

Fandi mengatakan karhutla merupakan kejadian musiman yang rutin dialami di Riau. Menurutnya, faktor utama karhutla di wilayah itu karena kerusakan lingkungan dan degradasi gambut yang tidak diperbaiki.

Ia menyebut 4,9 juta hektare wilayah Riau merupakan kawasan gambut. Untuk mengantisipasi karhutla, kata dia, kawasan gambut itu seharusnya rutin dibasahi. Namun menurut pantauannya, karhutla masih sering terjadi di kawasan gambut. Ia menduga itu karena kawasan gambut tersebut kering.

"Seharusnya gambut ini kan basah. Kalau masih dalam kondisi baik dan terjaga, tidak mungkin terbakar," tuturnya.

Selain pemeliharaan gambut yang belum maksimal, Fandi mengatakan karhutla di Riau sering kali meluas karena sulit dipadamkan. Persoalan utamanya karena lokasi karhutla jauh dari akses sumber air.

Menurutnya, permasalahan ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Ia juga menyinggung sikap pemerintah terhadap karhutla yang berulang terjadi di konsesi perusahaan. Fandi mendesak pemerintah mengungkap duduk perkara dan penyebab setiap kejadian karhutla.**

Sumber: CNN

Berita Lainnya

Index