iniriau. com, PEKANBARU- Isu kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per-1 September ini, membuat warga kian menjerit. Sebab rencana kenaikan BBM terjadi di tengah tingginya harga kebutuhan pokok, serta isu kenaikan tarif listrik. Ironinya lagi, kelangkaan solar juga melengkapi derita masyarakat Riau. Sebuah kondisi yang menyedihkan, karena Riau adalah salah satu penghasil minyak di Indonesia.
Sehari menjelang isu kenaikan BBM, terjadi penumpukan kendaraan di sejumlah SPBU di Pekanbaru. Rata-rata pengendara ingin mengisi full kendaraan mereka dengan bahan bakar minyak.
Rencananya pemerintah akan mengumumkan kenaikan BBM Rabu (31/8/22) malam ini.
Berdasarkan informasi, pertalite akan naik dari harga semula Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter. Sedangkan solar subsidi dari Rp5.150 menjadi Rp8.500 perliter.
Dari pantauan iniriau, sehari sebelum isu kenaikan BBM, Rabu (31/8/22) di SPBU Jalan Arifin Achmad Pekanbaru, SPBU Simpang Jalan Bakti dan di Jalan Paus, serta SPBU Jalan Sudirman, pertalite masih di harga Rp7.650 per liternya. Tetapi penumpukan kendaraan yang ingin mengisi full sudah terjadi.
Umumnya, warga mengeluhkan rencana kenaikan pertalite dan solar subsidi ini sebagai kebijakan yang mempersulit masyarakat.
"Kalau dinaikkan lagi kita jadi makin susah, apalagi bahan-bahan makanan seperti telur, dan cabe juga naik tajam. Kita masyarakat menanggung semua akibat kenaikan BBM," keluh Desi (38), guru SMP Negeri 39 Pekanbaru.
Hal yang sama juga dikeluhkan Willy (22), seorang supir truk box PT Sampoerna. Ia mengeluhkan stok solar yang saat ini begitu sulit, ironinya pemerintah justru menaikkan harga BBM.
"Solar langka, kita hanya dibatasi 200 liter perhari. Belum lagi antriannya yang bikin ribet. Gara-gara antri, waktu kita jadi terbuang dan pengantaran barang jadi telat. Herannya, pemerintah tega menaikkan BBM," sindir Willy.**