iniriau.com, PEKANBARU -Baru saja menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), pemerintah kini membuat kebijakan baru yang cukup kontroversial. Yakni migrasi kompor gas ke kompor listrik.
Tak heran jika wacana pemerintah untuk migrasi kompor gas elpiji 3 kilogram ke kompor listrik menuai pro kontra dari masyarakat Kota Pekanbaru. Masyrakat yang sudah terlanjur nyaman menggunakan gas melon, seperti dipaksa untuk menggunakan teknologi baru yang sangat tergantung dengan listrik.
"Listrik kan suka mati hidup, mati bergilir lagi, apa pemerintah sudah siap? Bagaimana yang usahanya sangat bergantung dengan listrik, bisa terganggu produksinya. Setiap tahun tarif listrik juga naik ini kan beban bagi kita. Tanpa kompor listrik saja kita sudah terbebani," jelas Ical seorang pedagang sarapan di Sukajadi, Sabtu (24/9).
Warga sangat menyayangkan kebijakan pemerintah terkait migrasi ini. Masyarakat menilai belum saatnya konversi kompor gas ke listrik karena pengguna gas melon mayoritas adalah ekonomi menengah ke bawah, dan kebanyakan berprofesi sebagai pedagang.
Belum ada jadwal pasti kapan pemerintah akan merealisasikan kebijakan migrasi dari kompor gas elpiji ke kompor listrik, tetapi wacana ini sudah meresahkan karena masyarakat belum lagi lepas dari kenaikan BBM.
Masyarakat meminta pemerintah untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi kembali kebijakan tersebut. Karena masih banyak pedagang keliling yang sangat bergantung pada gas melon subsidi.
"Saya berharap agar pemerintah memikirkan lagi konversi ini. Sebab nanti kalau listrik sudah mati, gas sudah tidak, kayu bakar juga sulit didapat, kita masyarakat mau apa?," ungkap Ical.**