iniriau.com, MERANTI – Malam itu, langit di atas Selat Malaka dipenuhi gulungan awan hitam. Angin bertiup kencang, menciptakan gelombang besar yang menghempas sebuah speedboat yang melaju tanpa cahaya. Di atasnya, 21 pria berwajah lelah menggenggam erat harapan—harapan menuju negeri jiran untuk kehidupan yang lebih baik. Namun, takdir berkata lain.
Selasa (4/2/2025) dini hari, warga Desa Kuala Merbau, Kepulauan Meranti, dikagetkan dengan penemuan 21 warga negara asing (WNA) asal Bangladesh yang terdampar di Pantai Beting Beras. Tak ada yang tahu bagaimana mereka sampai di sana, tapi tatapan kosong mereka berbicara banyak.
Begitu laporan masuk, aparat desa bersama warga segera turun tangan. Para WNA diamankan di halaman kantor desa, sementara polisi bergerak cepat untuk mengungkap asal-usul mereka.
Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Kurnia Setyawan melalui Iptu Iskandar Novianto, menyebut ini adalah kejadian pertama di wilayahnya.
"Kami menemukan indikasi bahwa mereka berusaha masuk ke Malaysia melalui jalur laut ilegal," ujar Iptu Iskandar.
Dari hasil penyelidikan awal, diketahui mereka dijemput oleh dua tekong lokal, MP dan SY, yang bertolak dari Desa Kedabu Rapat menuju Pelabuhan Buton, Siak, pada Senin (3/2/2025) malam. Setelah lima jam perjalanan, mereka tiba di Buton untuk menjemput para WNA.
Namun, rencana mereka gagal. Sekitar pukul 04.00 WIB, speedboat mereka dihantam ombak besar. Mesin rusak, kapal oleng, dan dalam sekejap mereka terdampar di Pantai Beting Beras.
Paspor Sejumlah WNA Hilang
Saat diperiksa, 21 WNA ini ternyata membawa paspor sebagai identitas resmi. Namun, tidak semuanya selamat dari amukan laut. Dari 21 dokumen, hanya 15 yang berhasil diselamatkan, enam lainnya hilang terbawa arus.
Kini, pihak kepolisian bersama Kantor Imigrasi Selatpanjang tengah menelusuri motif dan tujuan mereka. Apakah mereka benar-benar pencari suaka? Atau ada jaringan penyelundupan manusia yang lebih besar di balik peristiwa ini?
Selat Malaka: Jalur Gelap yang Tak Pernah Sepi
Selat Malaka bukan sekadar perairan strategis, tapi juga jalur bayangan bagi mereka yang ingin mencari kehidupan baru. Jarak yang dekat dengan Malaysia membuatnya menjadi rute favorit bagi imigran gelap dari Asia Selatan dan Timur Tengah.
Namun, jalur ini penuh risiko. Tak sedikit yang hilang ditelan laut, tertipu sindikat, atau berakhir menjadi korban perdagangan manusia.
Peristiwa ini menambah daftar panjang kisah para pencari suaka yang mencoba menembus batas negara dengan cara ilegal. Polisi kini memburu siapa dalang di balik upaya penyelundupan ini.
Sementara itu, warga Kuala Merbau yang awalnya terkejut kini mulai berempati. Mereka memberikan makanan dan perlindungan sementara bagi para WNA yang terombang-ambing di negeri asing.
Kini, aparat berwenang berpacu dengan waktu. Apakah ini sekadar insiden, atau bagian dari jaringan besar yang selama ini beroperasi di Selat Malaka?.**