Iniriau.com, Minas - Belantara Foundation dan mitra sektor swasta asal Jepang yaitu Vanfu, Inc. menanam bibit pohon secara simbolis di kawasan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH). Penanaman simbolis dengan Vanfu, Inc. ini merupakan yang kedua, dari top management ke middle management mereka.
Dimana, penanaman simbolis pertama dilakukan pada 21 Agustus 2024 lalu.
Gerakan penanaman pohon ini terselenggara atas kerja sama antara Belantara Foundation dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Minas Tahura dan Kelompok Tani Hutan yang menjadi mitra Tahura SSH.
Adapun jenis bibit pohon yang ditanam di antaranya adalah balangeran (Shorea balangeran) dan balam (Palaquium hexandrum), yang termasuk dalam kategori spesies pohon langka yang perlu dilestarikan.
Dengan tema “From Science To Global Action” atau “Dari Sains Ke Aksi Global, peringatan Hari Ozon Sedunia yang jatuh pada 16 September 2025 ini menjadi sebuah momentum penting dalam meningkatkan pemahaman seluruh elemen masyarakat termasuk sektor swasta tentang pentingnya berkolaborasi dalam menjaga dan melindungi lapisan ozon yang semakin terkikis.
Selain itu, peringatan ini membuka kesempatan bagi sektor swasta untuk berkontribusi dalam upaya merestorasi lahan yang telah terdegradasi dan mendukung Pemerintah Provinsi Riau menurunkan emisi Gas Rumah Kaca yang kini kian mengancam lapisan ozon.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna mengatakan, bahwa Forest Restoration Project: SDGs Together!” adalah program pemulihan hutan yang diharapkan dapat membantu upaya mengembalikan fungsi pengaturan tata air dan iklim mikro pada ekosistem hutan, mengurangi resiko kerusakan lingkungan seperti erosi dan tanah longsor, tercemarnya sumber air, turunnya muka air tanah, kebakaran lahan, serta polusi udara. Pemulihan areal hutan terdegradasi juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan, termasuk kualitas udara, kualitas air, pohon, tanah, dan populasi satwa liar beserta habitat alaminya. Tidak hanya mendukung pemulihan hutan, program ini juga diharapkan akan mampu mendorong peningkatan sosial-ekonomi masyarakat lokal secara berkelanjutan
“Sesuai dengan misi dari UNSDGs yaitu No one left behind dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, kami menggunakan pendekatan kolaborasi multipihak, salah satunya dengan mengajak mitra sektor swasta dari Jepang untuk berkontribusi pada pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya Pulau Sumatra”, kata Dolly yang juga sebagai pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan.
Representative Director APP Japan Ltd., Tan Ui Sian mengatakan bahwa pihaknya akan lebih bersemangat mengajak multi-stakeholders di Jepang untuk mendukung Forest Restoration Project: SDGs Together ini. Saat ini, program tersebut berfokus untuk mendukung SDGs ke 12 yaitu memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, target SDGs ke 13 yaitu mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya dan target SDGs ke 15 yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan yang berkelanjutan terhadap ekosistem serta target SDGs ke 17 yaitu menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
“Kerja sama dengan KPHP Minas Tahura telah memasuki tahap ke-5 dan bagi kami telah memberikan nilai tambah lebih besar untuk mengembangkan program dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di Jepang. Kami berharap dapat mengajak multi-stakeholders dari mancanegara lebih luas lagi untuk mendukung program Forest Restoration Project: SDGs Together”, tandas Tan.
Pada waktu yang sama, Kepala KPHP Minas Tahura, Sri Wilda Hasibuan, S.Sos., M.Si., menuturkan bahwa kawasan Tahura SSH merupakan kawasan konservasi alam yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1999. Tahura SSH memiliki luas lebih dari 6.000 hektar. Sayangnya saat ini sebagian besar wilayah tersebut telah mengalami deforestasi dan degradasi akibat aktivitas ilegal seperti perambahan lahan, pembalakan liar dan lain sebagainya.
“Kami terus menjaga dan memulihkan fungsi kawasan Tahura SSH melalui kegiatan perlindungan dan restorasi hutan. Upaya ini tentunya tidak bisa kami lakukan sendiri, namun perlu adanya kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak. Misalnya saja program yang digagas bersama Belantara Foundation dan pemangku kepentingan di Jepang pada pertengahan 2022 lalu, yaitu Forest Restoration Project: SDGs Together, yang berupaya memulihkan kawasan hutan yang terdegradasi agar ekosistem hutan dapat berkontribusi untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta mendukung pemenuhan Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi karbon di Provinsi Riau”, pungkas Sri. **