Iniriau.com, PEKANBARU-Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto berkunjung ke Riau, Sabtu (23/2/2019) pagi tadi. Panglima mendarat di Lanud RSN sekitar pukul 10.00 WIB.
Saat ditanyai agenda kedatangan Panglima ini, Zukri menjelaskan masih seputaran upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Riau.
"Intinya (terkait) Karhutla, ada paparan di Lanud RSN, kemudian lanjut ke Rupat," singkatnya.
Sebagaimana diberitakan, Kepala Staf Kepresidenan sekaligus mantan Panglima TNI Jend (Purn) Moeldoko, Gubernur Riau, Syamsuar dan Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead, meninjau lokasi sekat kanal di Kabupaten Siak, Jumat (22/2/2019) sore.
Tepatnya di Desa Bandar Sungai, Kecamatan Sabak Auh. Sekat kanal ini baru dibuat di tahun 2019.
Kedatangan mereka disambut antusias seratusan masyarakat sekitar.
Ketiga pejabat tinggi itu tampak kompak mengenakan kemeja putih. Ketika turun dari mobil, masyarakat pun berebut untuk bersalaman dengan mereka.
Mereka lalu berbincang-bincang dengan masyarakat, terkait permasalahan lahan gambut di daerah mereka.
Kepala Desa Bandar Sungai Putra Fajar menerangkan, sejak dibangun sekat kanal, yang merupakan bantuan dari BRG dan pemerintah daerah, kini masyarakat merasa sangat terbantu.
"Sejak ada sekat kanal ini, air lumayan masih tinggi. Walaupun 2 minggu tidak turun hujan. Lahan gambut masyarakat juga terjaga dan tetap basah," katanya.
Disepanjang aliran air di kanal itu disebutkan Putra, ada sekitar 4 sekat kanal yang dibangun.
Dikatakannya, masyarakat juga semakin terbantu dengan adanya bantuan mesin pompa air, berikut perlengkapan seperti selang, dan lain-lain.
Dimana ini bisa digunakan sewaktu-waktu untuk menyiram lahan gambut, terlebih jika terjadi kebakaran.
Sementara itu Ketua Masyarakat Peduli Api Desa Bandar Sungai, Mahfud menjelaskan, masyarakat di desa tersebut rata-rata merupakan petani sawit dan karet.
Dulunya dibeberkan Mahfud, masyarakat sangat kesulitan stok air. Apalagi jika musim kemarau tiba, mereka terkadang terpaksa menggali tanah gambut sebagai tempat penampungan air.
"Kalau terjadi kebakaran lahan kita sulit mencari air. Memang kalau terbakar biasanya tidak terlalu luas, hanya 1 sampai 2 hektar saja," ucapnya.
Namun jika kebakaran cukup besar lanjut Mahfud, maka masyarakat akan berkoordinasi dengan pihak pemadam kebakaran yang ada di Kabupaten.
Dijabarkan Mahfud, setiap Desa di Kecamatan Sabak Auh setidaknya punya 5 orang yang masuk ke tim Masyarakat Peduli Api (MPA). Mulai dibentuk sejak 2014, saat marak terjadi kebakaran lahan.
Antar desa, masyarakat mengintensifkan koordinasi. Satu sama lain terus memantau, dimana terjadi kebakaran lahan. (tribunpekanbaru)