BMKG: Tren Gempa Tahun Ini Meningkat, Waspada Risiko Tsunami

Sabtu, 24 April 2021 | 10:08:22 WIB
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati

Iniriau.com, JAKARTA - BMKG mencatat ada tren peningkatan gempa bumi di tahun ini ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Sehingga masyarakat diminta waspada terhadap risiko susulannya seperti tsunami, khususnya di wilayah yang memiliki gunung berapi.

"Potensi atau tren kejadian gempa bumi baik di Indonesia maupun di dunia terutama di tahun 2021 ini gejalanya semakin meningkat. Ini sebabnya kita harus meningkatkan kewaspadaan," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Sabtu (24/4).

Dwikorita menyebut selama 3 bulan terakhir, rata-rata kejadian gempa bumi sekitar 300-400 kali setiap bulan.

Pada Januari, gempa yang tercatat sebanyak 662 kali. Kemudian di Februari, terjadi sebanyak 526 kali, dan pada Maret mencapai 920 kali. Rata-rata keaktifan gempa bumi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kejadian pada 2008-2020.

Dwikorita menyatakan, dilihat dari rata-rata kejadian gempa bumi di Indonesia pada kurun 2008-2017, terjadi antara 5.000 hingga 6.000 kali gempa dalam satu tahun

Kemudian mulai tahun 2018 naik menjadi 11.920 kali kejadian gempa, dan tahun 2019 masih bertahan terjadi kejadian dengan angka 11.588 kali. Di tahun 2020 mulai menurun, yakni terjadi sebanyak 8.258 kali.

Ia menyebut, gempa bumi yang terjadi seringkali merupakan gempa dangkal yang bisa merusak, sebab kedalamannya kurang dari 20 km.

Lebih lanjut, Dwikorita meminta masyarakat waspada terhadap potensi tsunami di daerah yang memiliki gunung api. Ia mencatat ada 9 titik yang harus waspada tsunami dari erupsi gunung api, sebagian besar ada di Indonesia tengah dan timur.

Belajar dari sejarah, kata Dwikorita, beberapa kali tsunami dikarenakan erupsi gunung api. Bahkan wilayah dengan gunung yang tidak aktif seperti di Madura, dari data terkini diprediksi berpotensi terjadi gempa dari patahan Pulau Kambing, dan bisa berpotensi tsunami.

Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut dan meminimalisir korban, BMKG mengerahkan tim untuk survei lapangan guna memperbarui peta pemodelan zona rawan tsunami.

"Karena alasannya yang pertama peningkatan gempa bumi akan berpotensi meningkatkan kejadian tsunami. Kami instruksikan lapangan cek seluruh pantai-pantai di Indonesia dan melakukan pemetaan pemodelan untuk menentukan zona rawan tsunami," kata Dwikorita.

Dwikorita pun mengajak masyarakat untuk menumbuhkan kearifan lokal agar cepat tanggap dan siaga bencana bila merasakan getaran akibat gempa, sehingga mudah melakukan evakuasi diri.**

Sumber: Kumparan

Terkini