Massa di Deiyai Bakar Fasilitas Publik Hingga Jebol Rumah Tahanan, Wiranto Himbau Warga Tidak Brutal

Massa di Deiyai Bakar Fasilitas Publik Hingga Jebol Rumah Tahanan, Wiranto Himbau Warga Tidak Brutal
Menkopolhukam Wiranto

Iniriau.com - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto membeberkan implikasi dari kerusuhan yang terjadi di Deiyai, Papua. Kericuhan itu mengakibatkan seorang anggota TNI tewas terkena panah, dan lima angggota polisi terluka parah.

Wiranto mengungkapkan, buntut demontrasi di Deiyai ini melebar ke beberapa titik di Papua, mulai dari Abepura hingga Jayapura. Di sana, ia menyebut massa demonstran membakar fasilitas publik hingga menjebol rumah tahanan.

"Apalagi demo itu sudah bersifat merusak, membakar, ya. Di hari ini saya juga mendapat laporan demo yang berjalan di Abepura ke Jayapura sudah membakar gedung MRP, ya menjebol rumah tahanan. Itu semua kan dari uang rakyat, dibangun dari uang rakyat. Pemerintah juga mendapatkan dana dari rakyat," ungkap Wiranto di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (29/8).

"Jadi kalau uang rakyat untuk membangun fasilitas seperti itu dirusak sendiri (oleh) rakyat ini kan tidak benar. Yang rugi siapa? Yang rugi rakyat juga," imbuhnya.

Wiranto mengimbau warga di Papua untuk tidak bertindak brutal, serta tidak merusak fasilitas negara seperti bandara dan pasar.

"Misalnya pasar ya kemudian gedung DPR, MPR, fasilitas umum yang lain bandara. Itu jangan sampai dirusak, itu sebenarnya dibangun untuk rakyat. Jadi salah alamat kalau demonstrasi merusak itu semua," jelas Wiranto.

Wiranto juga mengimbau kepada aparat TNI-Polri agar bertindak persuasif mengamankan demonstasi. Ia juga meminta agar aparat tidak bertindak represif, yang bisa memicu kericuhan.

"Masalah pendekatan-pendekatan. Bahwa aparat keamanan sudah diinstruksikan, jangan sampai melakukan tindakan represif. Harus persuasif terukur, bahkan senjata peluru tajam tidak boleh digunakan," tegasnya.

"Tapi jangan sampai kemudian justru dimanfaatkan oleh pendemo atau pendompleng pendemo untuk mencelakakan aparat keamanan. Diparang, dipanah, itu saya kira tidak manusiawi. Bukan pendemo itu," lanjut dia.

Ia kemudian menyinggung masyarakat Papua sudah memenangkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada Pemilu 2019. Artinya, semestinya warga Papua sepakat untuk mendukung pemerintahan Jokowi.

"Jadi kalau kita jujur sebenarnya tidak perlu demonstrasi yang kemudian menuntut macam-macam. Menuntut kesamaan penuntut persamaan hak bahkan menuntut referendum. Itu sebenarnya mengingkari hasil pemilihan umum yang lalu. Disinilah saya minta sebenarnya kesadaran masyarakat, terutama masyarakat Papua dan Papua Barat. Jangan sampai kita mau diadudomba, jangan sampai kita mau diprovokasi oleh pihak lain," tutup Wiranto.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan ada seorang warga juga dilaporkan tewas karena terkena panah. Beberapa personel juga sempat melepaskan tembakan dengan peluru karet untuk membela diri.

“Ada satu anggota penyerang juga yang meninggal dunia karena panah. TNI dan Polri, tidak pernah gunakan panah, panah ini berasa dari belakang, dari kelompok penyerang sendiri,” kata Tito di Rupatama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Terdapat beberapa senjata petugas juga yang dirampas. Penyerang merampas senjata setelah menewaskan Serda Rickson yang tengah berjaga. (kumparan)

Berita Lainnya

Index