Iniriau.com, Pekanbaru - Tingginya angka stunting atau gagal tumbuh terhadap balita di sejumlah daerah di Riau, mengundang keprigatinan Anggota Komisi V DPRD Provinsi Riau Kasir.
Ia menyesalkan hal itu terjadi karena sosialisasi dan edukasi tentang stunting di Riau sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Sayangnya masih banyak masyarakat khususnya di daerah yang terkendala edukasi stunting karena terbatasnya akses yang didapat.
"Banyak ibu-ibu hamil khususnya di daerah yang jauh dari akses kesehatan sehingga edukasi masalah stunting ini tidak sampai kepada mereka. Para ibu hail tidak mengecek kesehatan bayi mereka secara berkala, ini penyebabnya," jelas Kasir Wakil Ketua Fraksi PPP, Nasdem, Hanura DPRD Riau itu.
Sunting merupakan pertumbuhan anak tidak dalam kondisi semestinya alias kerdil akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kognitif yang tidak berkembang.
"Stunting ini banyak terjadi di desa-desa terpencil. Kalau di Kota Pekanbaru memang masih ada, tapi angkanya sangat kecil ," ucapnya.
Dalam kasus ini ia mendorong peran organisasi perempuan untuk gencar memberikan pemahaman kepada ibu-ibu hamil tentang bagaimana harus memenuhi asupan gizi.
"Di Kampar katanya bagus, karena ibu PKK-nya bergerak. Jadi peran perempuan sangat diperlukan untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan ibu hamil dan mencukupi nutrisi," ujarnya.
Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat periode Januari-Oktober 2019 penderita stuntingdi daerah itu mencapai 28.171 balita.**