BPS: Permintaan Rendah Akibat Corona, Inflasi April Hanya 0,08 Persen

BPS: Permintaan Rendah Akibat Corona, Inflasi April Hanya 0,08 Persen

Iniriau.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi selama April 2020 sebesar 0,08 persen secara bulanan (mtm) dan 2,67 persen secara tahunan (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,10 persen (mtm) juga lebih rendah jika dibandingkan April 2019 yang terjadi inflasi 0,44 persen (mtm).

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pola inflasi April ini tak biasa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, inflasi menjelang Ramadhan selalu menunjukkan kenaikan.

Pada tahun lalu misalnya, ketika puasa jatuh pada Mei, inflasi April sebesar 0,44 persen (mtm). Angka tersebut melesat dibandingkan inflasi Maret yang sebesar 0,11 persen (mtm).

"Pola ini tidak biasa. Biasanya selalu permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat. Tapi akibat pandemi COVID-19 ini kita lihat pola inflasi melambat, permintaan barang dan jasa juga rendah," ujar Suhariyanto dalam video conference, Senin (4/5).

Dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), terdapat 39 kota mengalami inflasi, tertinggi di Baubau sebesar 0,08 persen (mtm). Sementara itu ada 51 kota yang mengalami deflasi, yang terendah di Pangkalpinang sebesar 0,92 persen (mtm).

Berdasarkan komponen pengeluaran, inflasi selama bulan lalu lebih disebabkan oleh kelompok makanan, minuman, tembakau. Kelompok ini mengalami inflasi 0,09 persen dan memiliki andil terhadap inflasi April sebesar 0,02 persen.

Komoditas utama pemicu inflasi kelompok makanan tersebut yaitu bawang merah dengan andil sebesar 0,08 persen, gula pasir 0,02 persen, serta minyak goreng dan rokok kretek filter sebesar 0,01 persen.

Meski demikian, ada juga komoditas yang menyebabkan penurunan harga atau deflasi, yakni cabai merah dengan andil 0,08 persen, daging ayam ras 0,05 persen, dan bawang putih 0,02 persen.

Sementara itu, kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 0,42 persen dan andilnya terhadap inflasi April 2020 sebesar -0,05 persen.

"Yang menyumbang adalah tarif angkutan udara, jadi memberikan andil deflasi 0,05 persen. Ini terjadi karena adanya PSBB, larangan mudik, sehingga permintaan ke jasa angkutan udara mengalami penurunan," jelasnya.

Secara keseluruhan, inflasi inti sebesar 0,11 persen (mtm) dan 2,85 persen (yoy). Sedangkan inflasi harga yang diatur pemerintah sebesar -0,02 persen (mtm) dan -0,09 persen (yoy).

Inflasi bergejolak sebesar -0,01 persen (mtm). Namun secara tahunan, inflasi bergejolak ini masih mencatatkan inflasi sebesar 5,04 persen (yoy).

"Pergerakan intinya dari bulan ke bulan polanya tidak biasa, di bulan puasa dan Idul Fitri biasanya peningkatan karena banyaknya permintaan, tapi di Ramadhan ini justru melemah," tambahnya.**
 

Sumber: Kumparan

Berita Lainnya

Index