Turun 1,13 Persen, Harga Sawit Riau Jadi Rp 3.565,77 Per Kg

Turun 1,13 Persen, Harga Sawit Riau Jadi Rp 3.565,77 Per Kg
Hasil panen petani sawit di Riau -(foto: Bety)

Iniriau.com, PEKANBARU - Harga TBS kelapa sawit Riau satu pekan ke depan mengalami penurunan pada setiap kelompok umur. Dimana penurunan terbesar terjadi pada kelompok umur 10 - 20 tahun sebesar Rp 40,72/Kg atau mencapai 1,13% dari harga minggu lalu. Sehingga harga pembelian TBS petani satu minggu kedepan  menjadi Rp 3.565,77/Kg.

Menurut Kepala dinas Perkebunan Riau Zulfadli  penurunan harga TBS ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal turunnya harga TBS periode ini disebabkan oleh terjadinya kenaikkan dan penurunan harga jual CPO dan harga kernel dari beberapa perusahaan yang menjadi sumber data

Sementara harga jual CPO, PT. PN V mengalami penurunan harga sebesar Rp 212,86/Kg dari harga minggu lalu, Sinar Mas Group mengalami penurunan harga sebesar Rp 140,42/Kg dari harga minggu lalu, PT. Asian Agri mengalami penurunan sebesar Rp. 209,49/Kg dari harga minggu lalu. PT. Citra Riau Sarana mengalami penurunan sebesar Rp. 135,55/Kg dari harga minggu lalu.

"Sedangkan untuk harga jual Kernel, PT. Citra Riau Sarana mengalami kenaikkan harga sebesar Rp. 63,63/Kg dari minggu lalu. Sementara dari faktor eksternal, Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) anjlok pada hari senin, harga CPO dibanderol di level MYR 5.352/ton atau anjlok 1,78% pada pembukaan senin pagi, dan selang beberapa menit kemudian harga CPO terkoreksi lebih dalam hingga 4,17% ke MYR 5.307/ton." Katanya, Selasa (15/2/2022). Sedangkan untuk harga CPO dapat terkoreksi lebih dalam ke kisaran MYR 5.174-5.247/ton. Tren harga CPO diprediksikan akan menurun di MYR 5.174/ton, ketika menembus titik support di MYR 5.394/ton.

" Tampaknya upaya India untuk menurunkan harga minyak nabati menjelang pemilihan umum di Uttar Padesh (negara bagian terpadat di India) gagal. Sebab, harga minyak sawit dunia justru menyentuh rekor tertinggi pekan lalu," ujarnya. Pemicunya adalah Indonesia sebagai eksportir terbesar ke India justru membatasi ekspornya. Pemilihan Umum di India sangat sensitif dengan inflasi harga pangan, sehingga pemerintah India mencoba mengendalikan harga domestik dengan mengurangi pajak impor dan memberlakukan batas persediaan.

" Awalnya, upaya tersebut memang berhasil. Namun, karena India mengimpor dua pertiga dari kebutuhan minyak nabatinya, kebijakan Indonesia mau tidak mau membuyarkan upaya tersebut. Pemerintah Indonesia memberlakukan pembatasan ekspor dan produsen minyak sawit diwajibkan memplot 20% produksinya ke pasar domestik," paparnya. **

Berita Lainnya

Index