IOM Indonesia Dukung Pemulangan Korban Perdagangan Orang

IOM Indonesia Dukung Pemulangan Korban Perdagangan Orang
Kedatangan WNI korban perdangangan manusia.

Iniriau, Jakarta - Perdagangan orang di Asia Tenggara semakin banyak terjadi di sektor online scam, khususnya di Myanmar, Kamboja, Laos dan Filipina. Para korban dari berbagai negara seringkali tertipu oleh tawaran pekerjaan palsu, lalu kemudian dipaksa melakukan penipuan online dengan kondisi yang tidak manusiawi, diantaranya mereka dipaksa dengan kekerasan fisik, ancaman dan isolasi yang parah.

Baru-baru ini, tindakan tegas terhadap operasi perdagangan orang di wilayah perbatasan Myanmar mengakibatkan lebih dari 7.000 orang dari berbagai negara membutuhkan bantuan segera, termasuk 554 warga negara Indonesia yang menjadi korban penipuan perekrutan.

Tantangan muncul dalam proses identifikasi korban dalam jumlah besar, yang menegaskan perlunya koordinasi dukungan internasional.

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan respons kemanusiaan bagi para korban asal Indonesia, yang dipimpin oleh Kementerian Luar Negeri dengan dukungan Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Polri, TNI, serta Kementerian Hukum dan HAM melalui Direktorat Imigrasi dan Pemasyarakatan, dan didukung oleh _International Organization for Migration_ (IOM).

Hari ini, dua penerbangan membawa pulang 400 korban pertama, dengan satu penerbangan terakhir dijadwalkan pada 19 Maret yang akan membawa 154 korban lainnya.

Konferensi pers diadakan hari ini, untuk menyambut dan menginformasikan kepulangan rombongan pertama warga negara Indonesia yang dipulangkan sebagai korban perdagangan orang.

Menko Politik dan Keamanan Budy Gunawan menyatakan, para korban dipaksa bekerja dengan ancaman dan dibawah tekanan.

"Selama bekerja di bawah sindikat online scam, korban asal Indonesia mengalami tekanan berat dan kekerasan fisik, termasuk pemukulan dan penyetruman. Mereka juga diancam dengan pengambilan organ tubuh jika gagal mencapai target yang diberikan oleh para penculik," Ungkap Budi.

Eny Rofiatul Ngazizah, Kepala Unit Penanggulangan Perdagangan Orang IOM mengungkapkan, pihaknya telah memberikan pelatihan khusus kepada staf Kedutaan Besar Indonesia agar mereka bisa membantu korban TPPO.

"IOM memberikan pelatihan khusus bagi staf Kedutaan Besar Indonesia di Thailand pada akhir Februari lalu, untuk meningkatkan kapasitas staff KBRI dalam mengidentifikasi dan membantu para korban perdagangan orang," Sebut Eny.

Selain itu, IOM mendukung tersedianya penampungan sementara bagi para korban yang kembali di Jakarta, bekerja sama erat dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Sosial untuk memberikan layanan perawatan dan bantuan tindak lanjut yang diperlukan guna mendukung reintegrasi para korban. **

 

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index