Wakil Ketua DPD RI Ajak Kader HMI Wujudkan Persatuan Lintas Sektor Bangsa

Wakil Ketua DPD RI Ajak Kader HMI Wujudkan Persatuan Lintas Sektor Bangsa
Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung (foto: istimewa)

iniriau.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung, menegaskan pentingnya memperkuat sinergi antara elemen sipil dan militer sebagai fondasi strategis untuk kemajuan Indonesia di tingkat global. Hal itu disampaikan dalam orasi kebangsaan yang dibawakannya saat Halal Bihalal Nasional Keluarga Besar Alumni dan Kader HMI MPO, di Aula Badan Bahasa UNJ, Rawamangun, Jakarta, Minggu (11/5).

Di hadapan ratusan kader dan alumni, Tamsil mengajak seluruh komponen bangsa, terutama kader HMI, untuk turut serta dalam membangun jembatan kolaboratif lintas sektor.

“Kemajuan Indonesia menuntut kita keluar dari sekat sektoral dan ego identitas. Kita butuh orkestrasi, bukan fragmentasi,” ujarnya dalam wawancara seusai acara.

Ia menyoroti bahwa sejarah dunia telah mencatat betapa mahalnya harga yang harus dibayar ketika hubungan sipil dan militer terganggu. “Ketika keduanya retak, yang hancur bukan hanya struktur negara, tapi juga kepercayaan rakyat,” jelasnya. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak menjaga situasi kondusif dan produktif, di mana sipil dan militer bersatu membangun negeri.

Dalam acara yang turut dihadiri tokoh nasional Anies Baswedan, Tamsil menegaskan pentingnya menjadikan kolaborasi sebagai norma baru dalam politik dan pembangunan nasional. Ia juga menyoroti potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk tampil sebagai kekuatan global—terutama melalui forum seperti BRICS—jika mampu mengelola potensi dalam semangat persatuan.

Mantan pimpinan Badan Anggaran DPR RI ini juga menyampaikan apresiasinya terhadap visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang menurutnya mampu menjawab tantangan zaman dengan pendekatan menyeluruh. “Program seperti makan bergizi gratis, vokasi nasional, dan industrialisasi berbasis potensi lokal adalah bentuk nyata upaya mengangkat kesejahteraan rakyat,” ungkapnya.

Namun, menurutnya, visi besar itu tidak akan berarti tanpa kepemimpinan yang berani dan berakar pada moralitas publik. “Kita tidak hanya butuh pemimpin cerdas, tapi juga pemimpin yang sanggup menahan godaan dan menempatkan rakyat sebagai tujuan utama, bukan alat politik,” imbuh Tamsil.

Dalam konteks sosial, ia menggarisbawahi pentingnya silaturahmi bukan sekadar budaya, melainkan strategi kebangsaan. “Silaturahmi adalah jembatan permanen untuk merawat ukhuwah dan menyatukan energi bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan tentang ketimpangan sosial-ekonomi sebagai tantangan mendesak. “Kita tidak bisa membiarkan ketimpangan jadi warisan. Alumni HMI harus hadir di pusat-pusat kebijakan, bukan hanya sebagai penonton, tapi sebagai penggerak perubahan,” tegasnya.

Dalam skala global, Tamsil menyerukan posisi tegas terhadap penjajahan di Palestina sebagai bagian dari konsistensi sejarah Indonesia dalam menolak kolonialisme. Ia mendorong kampanye boikot produk pendukung Israel dan diplomasi aktif di level internasional. “Kita tidak bisa diam ketika kezaliman terjadi. Diam berarti berkhianat pada jati diri bangsa.”

Sebagai penutup, ia menyerukan kebangkitan peran strategis umat dengan tiga pilar kesadaran ukhuwah, peran, dan spiritualitas. “Strategi kita boleh beragam, tapi tujuan kita satu: Indonesia yang bermartabat dan berdaulat,” pungkasnya, disambut tepuk tangan meriah dari para peserta.**

 

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index