Seleksi SBMPTN Dengan CBT Belum Capai Target

Seleksi SBMPTN Dengan CBT Belum Capai Target
Seleksi SBMPTN Dengan CBT Belum Capai Target

JAKARTA – Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) hari pertama digelar serentak, Selasa (16/5/17). Cakupan seleksi dengan komputer (computer based test atau CBT) belum mencapai target.

Dari total 797.023 siswa yang mengikuti ujian, hanya 20.860 siswa yang melakukan tesdengan sistem CBT. Sementara sisanya, 776.163 mengikuti tes berbasis PBT (paper based test). Padahal, panitia nasional menargetkan 30.000 siswa diakomodir dalam tes CBT. Sekretaris Panitia Pusat SBMPTN 2017, Joni Hermana mengakui bahwa memang tes dengan CBT masih belum tersosialisasi dengan optimal. Peserta hanya diberikan pilihan pada sesi pendaftaran untuk mengikuti tes CBT ataupun PBT.

Selain itu, ada beberapa kendala dalam fasilitas. Joni menyebut bahwa fasilitas komputer yang dimiliki oleh PTN penyelenggara SBMPTN harus benar-benar sesuai standar yang ditetapkan panitia pusat.

“Tidak cuma komputer, perangkat pengaman seperti genset atau UPS (suplai listrik cadangan, red) juga harus siap,” katanya di sela-sela peninjauan pelaksanaan SBMPTN di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, kemarin.

Sebelumnya, tim validasi telah melakukan pengecekan ke masing-masing PTN pelaksana yang akan melakukan ujian CBT. Sekitar 25.000 komputer CBT telah dinyatakan layak.

“Tapi waktu pelaksanaan tidak seperti yang diduga,” kata Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini.

Ke depan, panitia pusat akan terus mendorong untuk meningkatkan penggunaan tes melalui CBT. Ini untuk meminimalisir dan mencegah praktik kecurangan. Joni mengatakan, pihaknya akan berupaya menggandeng berbagai mitra untuk meningkatkan pengadaan komputer. Termasuk berkomunikasi dengan Kemendikbud untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya ujian nasional berbasis komputer (UNBK).

“Nanti harus bisa paperless (tanpa kertas, red),” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemeristekdikti), Ainun Na’im mengatakan meskipun tidak mencapai target, kenaikan cakupan CBT sudah sangat signifikan.

Hampir 10 kali lipat, tahun lalu cuma 2.000-an, sekarang naik 20.000,” katanya.

Menurut Ainun, rendahnya cakupan CBT hanyalah masalah perubahan perilaku saja. Selama ini peserta didik maupun pelaksana sudah terbiasa tes dengan menggunakan kertas. Maka dari itu, untuk mencegah kecurangan, di ruangan-ruangan yang melakukan ujian PBT ditempatkan 10 pengawas dan satu koordinator pengawas.

“Jadi rasionya 10 orang peserta satu orang pengawas,” kata pria asal Kediri ini.

Meski demikian, tidak ada sanksi khusus bagi para peserta maupun PTN yang tahun lalu kedapatan melakukan praktik kecurangan saat SBMPTN. Ainun menyatakan bahwa sanksi utama pada peserta adalah ketidaklulusan. Sementara jika ada praktik lain yang mengarah ke pelanggaran hukum, pihaknya akan berkoordinasi dengan kepolisian.

“Yang kami sanksi orangnya, bukan lembaganya,” ujarnya.

Ditanya tentang ancaman virus, Ainun menyebut hingga saat ini sistem informasi dan ujian SBMPTN masih dinyatakan aman. Belum ada laporan gangguan sistem. Panitia telah melakukan serangkaian pencegahan sebelum ujian dilaksanakan. Ainun cukup optimistis jaringan SBMPTN aman.

“Di masing-masing pelaksana jaringannya cuma lokal itu, tidak lebih luas,” pungkasnya.

Selain ujian untuk peserta reguler, Panitia SBMPTN juga menfasiltiasi ujian bagi beberapa siswa difabel. 797 peserta akan memperebutkan 128.085 kursi di 85 PTN se-Indonesia. (riaupos.co)



Berita Lainnya

Index