iniriau.com, ROHUL - Kegiatan Rembuk stunting tingkat Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2023 oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Rokan Hulu dibuka secara resmi oleh Bupati Rokan Hulu H. Sukiman. Kegiatan tersebut dilaksanakan di pendopo rumah dinas Bupati, Senin (07/08/2023).
Perwakilan BKKBN Provinsi Riau H. Said Masri, SH, M.Si mengatakan Rembuk stunting dilaksanakan untuk menghasilkan inovasi-inovasi yang cerdas. Serta kegiatan-kegiatan kreatif yang dapat dilaksanakan sehingga target Nasional pada tahun 2024 sebesar 14 persen dapat terwujud.
"Rembuk stunting menjadi agenda yang sangat penting dalam membahas isu-isu percepatan penurunan stunting. Dimana pemerintah memberikan amanahnya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2024 agar Kasus Stunting Indonesia bisa turun di Angka 14 persen," jelasnya.
Kepala BKKBN telah mengeluarkan peraturan BKKBN nomor 12 tahun 2021. Berisi tentang rencana aksi percepatan percepatan penurunan stunting yang menjadi pedoman dalam delapan konvergensi yang harus dilalui tim setiap tahunnya
Lebih lanjut Said Masri mengatakan berdasarkan data SSGI tahun 2023 angka stunting Riau turun 5.3 persen menjadi 17 persen. Tetapi pihaknya masih harus bekerja keras untuk menjadikan stunting di angka 14 persen.
Untuk itu, salah satu rekomendasi dari tim BPPKB Provinsi Riau yakni dengan memperkuat tim pendamping keluarga. Sebab berdasarkan hasil di lapangan banyak ibu-ibu hamil dan remaja putri tidak mengkonsumsi pil tablet tambah darah.
"hal ini menjadi penting karena anemia pada Ibu mengakibatkan anak anak beresiko Stunting," ujarnya.
Agar kelalaian seperti itu tidak terjadi, Said Masri menjelaskan tim pendamping keluarga harus diberdayakan sehingga mereka mampu mendampingi keluarga dengan sebaik-baiknya mendampingi keluarga dengan anak beresiko stunting. Ibu hamil, dan mendampingi ibu yang memiliki anak dibawah dua tahun (BADUTA) sehingga anak tersebut terjamin untuk mendapatkan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI ketika berumur di atas enam bulan.
Said juga menambahkan selain tim pendamping keluarga, Program Bapak Asuh anak stunting yang di galang oleh pusat juga harus berjalan dengan baik.
Jika tidak seluruh anak BADUTA mempunyai akses mendapatkan Makanan tambahan maka bisa Bapak asuh harus memastikan setiap anak tersebut bisa menkonsumsi satu butir telur setiap hari untuk memenuhi gizi pada anak.
"berdasarkan rekomendasi Tim Monev BKKBN Pusat, untuk memberikan tambahan gizi dan mencegah Stunting, BADUTA bisa menkonsumsi satu telur setiap hari," jelasnya.
Said Masri mengungkapkan bahwa Anak-anak yang termasuk dalam 22 persen stunting tidak bisa dirubah lagi agar tidak stunting. Untuk menjadikan stunting 14 persen di Rokan Hulu harus tidak ada kasus stunting baru.
"No stunting baru, tidak ada lagi bayi-bayi yang dilahirkan di Rokan Hulu stunting baru angka di 22 persen itu bisa turun. Oleh karena itu tim pendamping keluarga dan juga bapak asuh perannya harus diperkuat untuk mendampingi keluarga berisiko Stunting termasuk calon pengantin atau Catin" terangnya.
Dirinya juga berharap Generasi yang cerdas dan bebas stunting harus diciptakan kedepannya. Sehingga pada saat Indonesia mengalami bonus demografi pada tahun 2035 dan masuk pada masa Indonesia emas Pada 2045 dapat dinikmati oleh anak anak muda saat ini jika mereka bisa bebas Stunting dan menjadi masa depan yang berkualitas.
"kita pada 2035 ada yang namanya bonus demografi di mana penduduk usia produktif lebih banyak daripada usia tidak produktif, bonus itu dikatakan kalau yang produktif tadi cerdas, dan Pada Indonesia Emas Tahun 2045 bisa terwujud dan bisa di nikmati oleh anak anak kita" harapnya.
Oleh karena itu program pencegahan penurunan stunting di samping untuk menciptakan anak-anak yang sehat, jug menciptakan keturunan keturunan yang cerdas.
Kemudian, Bupati Rokan Hulu H. Sukiman mengatakan Penanganan stunting di Kabupaten Rokan Hulu semakin hari semakin baik, namun Rokan Hulu masih harus berupaya keras agar pada tahun 2024 bisa mencapai angka 14 persen.
"Tadi saya sudah sampaikan kepada Camat kepala desa kelurahan Dusun, RT/RW, PKK desa dan Puskesmas sebagai ujung tombak penurunan stunting. Ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang beberapa hal seperti mencegah pernikahan usia dini, memerhatikan kebersihan lingkungan, memberikan makanan bergizi terutama kepada anak BADUTA, bagi ibu hamil bisa secara rutin memeriksakan diri ke posyandu atau puskesmas," jelasnya.
Kepada wartawan Bupati Sukiman Berpesan agar turut memberi pemahaman kepada masyarakat terutama generasi muda melalui tulisan agar bersama sama membantu pencegahan stunting di Rokan Hulu.
Setelah pembukaan acara Rembuk Stunting, acara dilanjutkan dengan penandatangan komitmen bersama Penurunan Stunting Kabupaten Rokan Hulu oleh Bupati Rokan Hulu bersama tim TPPS Rokan Hulu.
Hadir dalam Rembuk Stunting, Tim Satgas Stunting Provinsi Riau, Penata Kependudukan dan keluarga berencana ahli Madya dan DP3APPKB provinsi Riau Refi Liatul Makhfiroh, M.Kes. Kabid Pemerintah Pembangunan Manusia Bapedalitbang Provinsi Riau Raja Juarisman, ST, MM.
Kemudian District Officer Yayasan Cipta Tanoto Foundation Rahmad Ramadhan, Forkopimda Rohul, Kepala OPD, Ketua TP PKK Rokan Hulu Hj. Peni Herawati Sukiman, Para Camat, Kepala Desa Lokus Stunting, dan Kepala Puskesmas Se Rokan Hulu. (Adv)