Iniriau.com, Pekanbaru - Anggota DPRD Kota Pekanbaru dari Fraksi PKS, dr Meiza Ningsih Sp THT-KL mengungkapkan keprihatinannya terhadap penetapan status Pekanbaru Darurat Sampah yang berlaku sejak 15 hingga 21 Januari 2025. Keputusan ini diambil buntut permasalahan tumpukan sampah di Ibukota Provinsi Riau yang tak kunjung tuntas dan kian mengkhawatirkan sehingga menimbulkan bau menyengat.
Bukan hanya mencemari lingkungan saja, tumpukan-tumpukan sampah berserakan dan menggunung yang banyak dijumpai di pinggir jalan ini jelas memicu penyakit bagi masyarakat seperti leptospirosis, diare, penyakit kulit dan lainnya.
"Kota Pekanbaru kini berada dalam bayangan ancaman sumber penyakit bagi masyarakat akibat sampah-sampah yang menumpuk dan berceceran di sepanjang jalan, Pemko jangan abai karena efek yang ditimbulkan bisa berdampak lebih buruk bagi masyarakat. Gara-gara sampah ini jangan pula terjadi Pekanbaru Darurat Penyakit," kata dr Meiza, Kamis (16/01).
Dokter Meiza menyebut, sampah-sampah di berbagai lokasi yang belum terangkut bisa menimbulkan berbagai masalah seperti pencemaran udara, kontaminasi air dan tanah, habitat hama, dan memicu risiko penyakit menular. Terlebih lagi, Pekanbaru saat ini memasuki musim hujan sehingga penumpukan sampah dapat menyebabkan populasi nyamuk semakin meningkat.
Anggota DPRD Pekanbaru Dapil Bukit Raya - Sail ini sangat berharap, adanya upaya serius dari Pemko Pekanbaru dan pihak terkait untuk menekan potensi penyebaran penyakit yang bersumber dari sampah.
"Musim hujan ini ancaman penyakit seperti demam berdarah dan diare semakin besar. Kalau sehari tidak diangkat pastinya akan jadi tumpukan, keluar belatung dan sebagainya, maka itu kita mintakan masalah tumpukan sampah yang berserakan dimana-mana ini untuk segera dituntaskan," ujar Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher ini.
Pemko Pekanbaru pun diminta tegas kepada pihak ketiga jasa angkutan sampah untuk menangani penumpukan sampah yang terjadi di pasar-pasar tradisional. Sebab, selain merugikan pedagang, kondisi ini tentunya membuat pembeli merasa tidak nyaman dengan aroma bau busuk dan juga pemandangan tumpukan sampah.
"Pasti berdampak terhadap aktivitas jual beli. Usaha-usaha mereka menjadi turun drastis gara-gara sampah di sekitar pasar, pembeli pun ogah kalau terpaksa harus mencium bau sampah. Padahal, seharusnya pasar itu harus steril dari tumpukan sampah," tutup dr Meiza. **