iniriau.com, PEKANBARU - Pemerintah Kota Pekanbaru terus menggencarkan upaya pemberantasan penyakit masyarakat. Selasa (11/2) malam, Satpol PP Kota Pekanbaru menggelar razia di kawasan Perumahan Jondul, Jalan Bambu Kuning. Operasi ini dipimpin langsung oleh Pj Walikota Pekanbaru, Roni Rakhmat, didampingi Kepala Satpol PP Kota Pekanbaru, Zulfahmi Adrian.
Namun, saat petugas tiba di lokasi, para Pekerja Seks Komersial (PSK) yang biasanya beroperasi di kawasan tersebut langsung melarikan diri dan bersembunyi. Keadaan yang sepi ini tidak menyurutkan semangat petugas dalam melakukan penertiban.
Kepala Satpol PP Pekanbaru, Zulfahmi Adrian, menyatakan bahwa razia ini merupakan langkah nyata dalam merespons data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024. Dimana menunjukkan Riau berada di peringkat kedelapan daerah dengan jumlah lokalisasi PSK terbanyak di Indonesia.
"Kita tidak ingin Pekanbaru terus dicap sebagai tempat berkembangnya praktik prostitusi. Ini bagian dari upaya kita untuk menertibkan dan menekan angka penyakit masyarakat," ujar Zulfahmi.
Selain sebagai langkah pencegahan, razia ini juga menjadi shock therapy bagi para PSK agar tidak kembali menjajakan diri. Terlebih, razia akan semakin digencarkan menjelang bulan suci Ramadan.
Selain menyisir kawasan Jondul, petugas juga merazia area Stadion Utama Riau, Jalan Naga Sakti, yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya pasangan muda-mudi di tenda-tenda ceper. Hasilnya, sebanyak 24 pasangan terjaring razia karena tidak bisa menunjukkan dokumen resmi yang membuktikan mereka suami istri.
Mereka yang terjaring langsung diamankan ke Kantor Satpol PP Pekanbaru untuk dilakukan pembinaan. Petugas meminta mereka menandatangani surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya.
Meskipun razia seperti ini kerap dilakukan, efektivitasnya masih menjadi tanda tanya. Banyak yang berpendapat bahwa tanpa solusi jangka panjang, seperti pembinaan, pelatihan kerja, dan pemberdayaan ekonomi, praktik prostitusi hanya akan berpindah lokasi atau kembali setelah razia selesai.**