iniriau.com, Pekanbaru – Dalam suasana santai ditemani secangkir kopi dan segelas jus sirsak, diskusi hangat mengalir dalam pertemuan Forum Pekanbaru Bicara (FPB) pada Senin (30/06/2025). Sejumlah tokoh masyarakat, budayawan, dan pemerhati sosial berkumpul, membahas satu hal yang hingga kini masih menjadi janji tak kunjung ditepati: pembangunan Islamik Center Riau.
Meski pemerintahan Provinsi Riau telah beberapa bulan berjalan sejak pelantikan, realisasi janji politik tersebut masih terlihat samar. Belum ada tanda-tanda konkret, bahkan desain awal pun belum muncul. Ketiadaan kemajuan ini memantik keprihatinan dan sekaligus mendorong lahirnya gagasan solutif dari berbagai kalangan.
Ketua FPB Eed Azhar menekankan bahwa pembangunan Islamik Center tak bisa dianggap proyek biasa. “Jangan sampai hanya jadi bangunan mati, tempat berswafoto atau istirahat. Harus hidup sebagai pusat religi, edukasi, dan budaya,” tegasnya. Senin (30/6/2025).
Sementara itu, budayawan Indra Maiyeldi mengingatkan pentingnya nuansa Melayu dalam arsitektur dan konsep Islamik Center. “Ia harus mencerminkan keindahan budaya sekaligus jadi pusat pembelajaran Islam yang modern, seperti Gedung Idrus Tintin yang ikonik itu,” ujarnya.
Tak hanya wacana, Usamah Khan, seorang pemerhati sosial, bahkan menyatakan kesiapannya untuk berkontribusi langsung. “Jika hambatannya anggaran, saya siap menyumbangkan gambar arsitekturnya secara gratis. Ini demi mimpi bersama,” katanya antusias.
Ketua Forum Pemimpin Redaksi Riau, Rahmat Handayani, mengapresiasi diskusi tersebut sebagai langkah awal yang konkret. “Minimal, pemerintah bisa mulai dari pembuatan desain atau masterplan. Ini penting sebagai pondasi, meskipun anggaran masih terbatas,” tuturnya.
Forum ini menyepakati bahwa pembangunan Islamik Center bukan sekadar infrastruktur, tetapi simbol moral dan spiritual yang mencerminkan identitas serta komitmen pemerintah terhadap aspirasi umat dan budaya Melayu Islam di Riau.**