iniriau.com, Bengkalis – Layanan transportasi Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Roll On Roll Off (Roro) dari dan ke Bengkalis kembali terganggu. Sejak Jumat (31/10/2025) malam, KMP Mutiara Pertiwi II terpaksa menepi akibat kerusakan pada bagian rubber joint mesin, sehingga hanya KMP Swarna Putri yang beroperasi melayani lintasan Bengkalis–Pakning. Kondisi ini menimbulkan antrean panjang dan keluhan dari pengguna jasa.
Kepala Pos KSOP IV Pelabuhan Air Putih, Rozepa, mengatakan KMP Mutiara Pertiwi II sebenarnya masih laik laut karena baru selesai menjalani docking tahunan pada akhir September 2025 dan kembali beroperasi di awal Oktober. Namun, kerusakan mendadak terjadi Jumat malam.
“Selesai docking tahunan akhir September kemarin, tapi semalam tiba-tiba rubber joint-nya rusak. Saat ini hanya KMP Swarna Putri yang beroperasi,” ujar Rozepa saat ditemui, Sabtu (1/11/2025) siang.
Rozepa memperkirakan perbaikan akan memakan waktu sekitar dua minggu, tergantung ketersediaan komponen yang rusak.
“Kalau alatnya cepat datang, dua minggu bisa selesai. Tapi kalau pengiriman rubber joint-nya lambat, ya makin lama juga perbaikannya,” tambahnya.
Kerusakan armada ini bukan yang pertama kali terjadi. Situasi serupa kerap berulang tanpa solusi nyata dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis untuk menambah jumlah kapal Roro. Saat ini, hanya dua kapal yang seharusnya melayani lintasan Bengkalis–Pakning: KMP Mutiara Pertiwi II milik PT Atosim Lampung Pelayaran, dan KMP Swarna Putri yang dioperasikan PT Jembatan Nusantara di bawah naungan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).
Pantauan di lapangan, antrean kendaraan mengular hingga berjam-jam. Banyak pengendara motor dan penumpang pejalan kaki mengaku kesal dengan lambannya penanganan.
Putra, warga Bengkalis yang bekerja di Kabupaten Siak Sri Indrapura, mengaku sudah empat jam menunggu giliran naik kapal.
“Krisis kapal Roro ini sudah lama, tapi pemerintah daerah seperti tutup mata. Di Siak, kalau ada masalah pelayanan publik, bupatinya langsung turun tangan. Di Bengkalis, diam saja meski sudah sering didemo,” ujarnya dengan nada kesal.
Selain antrean panjang, petugas di lapangan juga menghadapi berbagai modus pengendara untuk menerobos antrean, seperti berpura-pura sebagai tukang ojek atau mengaku ketinggalan kapal.
“Karcis saya sudah disobek, tapi Roro sudah berangkat,” keluh seorang pemuda yang berdebat dengan petugas tiket di pintu dermaga.
Petugas bernama Maurend KJ, yang mengatur antrean truk dan minibus, mengatakan dirinya harus menutup pintu pagar dermaga dengan gembok agar tidak ada kendaraan yang nekat menerobos.
“Ini mobil untuk trip berikutnya. Setelah semua masuk, pintunya langsung saya gembok,” jelas Maurend yang terlihat kelelahan di bawah terik matahari.
Menurut Maurend, ke depan seluruh pengojek pelabuhan akan diwajibkan memakai rompi khusus dan hanya boleh mengantar penumpang sampai pintu dermaga untuk mencegah penyalahgunaan.
“Supaya jelas mana tukang ojek sungguhan, mereka nanti wajib pakai rompi dan berhenti di pintu masuk dermaga,” tegasnya.
Sementara itu, selain Mutiara Pertiwi II yang saat ini sandar di dermaga PT BLJ, terdapat tiga kapal Roro lain yang juga tidak beroperasi. KMP Swarna Darma dan Bahari Nusantara sedang menunggu giliran docking tahunan, sedangkan KMP Permata Lestari masih dalam perbaikan pascakebakaran beberapa waktu lalu.
Dengan hanya satu kapal yang beroperasi, transportasi laut Bengkalis kini berada di ambang kelumpuhan total, sementara masyarakat berharap pemerintah segera turun tangan untuk memberikan solusi jangka panjang.**
