Iniriau.com - Virus corona yang telah menyebar ke sejumlah negara dinilai dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Tak hanya itu, virus mematikan asal China ini juga menggulung optimisme masyarakat terhadap perekonomian.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, seluruh lembaga internasional sebelumnya memprediksi tahun ini penuh dengan optimisme. Perjanjian perdagangan fase I antara AS dan China juga diprediksi menjadi faktor pendorong membaiknya ekonomi global.
Namun hanya dalam seminggu, proyeksi tersebut berbalik arah karena faktor lainnya, mulai dari terbunuhnya jenderal Iran hingga dahsyatnya wabah virus corona. Ketidakpastian pun semakin bertambah.
"Tahun 2020 ada optimisme, namun dengan waktu hanya kurang dari seminggu optimisme itu kemudian berbalik. Tadinya semua outlook menggambarkan dunia mengalami recovery 2020," ujar Sri Mulyani di Ruang Rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (28/1).
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, pada Januari biasanya terjadi momentum untuk mendukung ekonomi, seperti Tahun Baru dan Imlek. Namun, virus corona telah mematahkan hal itu.
"Ini menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi pada Januari, yang biasanya terjadi Chinese New Year dianggap salah satu momentum China bisa meningkatkan pertumbuhan ekonominya, tapi adanya corona virus dan kemudian terjadi policy lock down, maka seluruh potensi pertumbuhan ekonomi China dari domestic factor enggak realize," jelasnya.
Virus corona, kata Sri Mulyani, juga turut menggambarkan bahwa risiko ketidakpastian global itu sangat nyata. Sehingga semua negara saat ini wajib waspada dan menyiapkan sejumlah langkah antisipasi.
"Jadi semua negara wajib selalu waspadai dan siapkan instrumen kebijakan dalam menghadapi satu sisi keinginan untuk terus tumbuh. Keinginan untuk terus jaga momentum," tambahnya. (kumparan)