Iniriau.com, ROHIL – Aneh, pengadaan kursi pijit Bupati dan dan Wakil Bupati (Wabup) Rohil senilai Rp 200 juta telah selesai dikerjakan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2022 lalu, namun proyek non tender ini baru sekarang disorot dan jadi pembahasan hangat warga, khususnya di medsos.
Di facebook misalnya, proyek kursi pijit bupati dan wabup ini jadi pembahasan dan sorotan warganet. Warga menyoroti pengadaan proyek ini karena dinilai tidak berpihak pada rakyat yang sedang dalam kesulitan ekonomi. Tetapi Pemkab Rohil justru menganggarkan pembelian kursi pijit untuk bupati dan wakil bupati.
Sekda Rohil Drs Fery H Parya melalui Kabag Umum Setda Rohil Samsuri, SH. MSi, Senin (2/1/23) akhurnya angkat bicara menanggapi “kenyinyiran warga” tersebut,.
Samsuri menjelaskan bahwa pengadaan kursi pijit bupati dan wabup untuk menjaga kebugaran dan kesehatan pimpinan, karena sering bekerja di luar jam kerja. Dengan pertimbangan itu perlu diadakan alat penunjang kesehatan agar bupati dan wabup yang beraktivitas hingga larut malam setiap hari selalu bugar dan sehat.
"Karena itulah kami mengadakan pembelian kursi pijit untuk bupati dan wabup untuk menunjang kinerja mereka agar lebih maksimal," kata Samsuri.
Samsuri kembali menjelaskan, setiap hari tidak ada satu pun daerah di Rohil yang berjarak jauh, yang tidak ditempuh bupati dan wakil bupati.
“Mulai dari jalan rusak, banjir, kebakaran dan bahkan agenda-agenda lain yang diaadakan masyarakat, tidak pernah pak bupati dan wakil tidak hadir di situ,” tegasnya.
Ditambah lagi sebut Samsuri, dengan kondisi jalan yang pembangunannya masih dalam perbaikan sangat menguras tenaga dan fisik bupati yang terkadang pulang sampai pukul dua hingga tiga malam.
Pengadaan kursi pijit sendiri bukan keinginan bupati dan wakil bupati melainkan keinginan pihaknya di bagian umum.
“Artinya ini keinginan dan inisiatif kami, bagaimana pak bupati punya kondisi fisik yang prima, dengan medan berat yang setiap hari ditempuh di Rokan Hilir ini. Bayangkan, dari ibukota (Bagan Siapiapi) ke Bagan Batu, ke Simpang Kanan, berapa jam. Tiga jam misalkan, bolak balek enam jam, ya kan,” ujarnya.
Rutinitas yang setiap hari dilakukan itu, lanjut Samsuri, jika tanpa dikover alat kesehatan. Dari pada setiap hari memanggil tukang pijat, itu tidak efisien.
"Saat bupati dan wakil bupati capek setelah sehariab bekerja dari kunjungan ke daerah, jan bisa langsung kerja menggunakan kursi pijat," akhir ya.**