iniriau.com, BENGKALIS - Maraknya aktivitas hiburan malam yang baru-baru ini menjadi perbincangan hangat di Pulau Bengkalis mengundang keprihatinan banyak pihak. Menanggapi hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bengkalis memfasilitasi sebuah diskusi strategis guna mengembalikan ketenteraman, nilai-nilai moral, dan marwah daerah yang dikenal religius ini, Jumat (16/5/2025).
Kegiatan yang digelar di Sekretariat MUI Jalan Antara Bengkalis ini dipimpin langsung oleh Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, H. Amrizal, serta didampingi oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Andris Wasono. Turut hadir pula sejumlah unsur Forkopimda, LAM-R Bengkalis, Baznas, tokoh ulama, tokoh masyarakat, perangkat daerah, dan undangan lainnya.
Dalam sambutannya, H. Amrizal menekankan pentingnya menjaga identitas Bengkalis sebagai negeri yang menjunjung tinggi nilai agama dan budaya. Ia menyebutkan bahwa fenomena hiburan malam yang berlebihan tidak hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga berpotensi menggerus nilai-nilai yang telah lama menjadi pegangan bersama.
“Kita harus menjadi pihak yang hadir untuk membina dan membimbing umat. Ketika arah masyarakat mulai menyimpang, maka kewajiban kita untuk meluruskan,” ujarnya dengan tegas.
Ia juga menegaskan bahwa MUI memiliki batasan kewenangan dalam menertibkan aktivitas tersebut dan lebih berperan dalam memberikan imbauan serta nasihat moral kepada masyarakat. Untuk itu, ia mengajak semua pihak untuk bersinergi dan membangun komitmen bersama dalam menjaga ketenteraman dan keharmonisan sosial di Bengkalis.
Sementara itu, Andris Wasono menyampaikan apresiasi kepada aparat keamanan, khususnya Polri dan TNI, yang telah menunjukkan respons cepat dengan menggelar razia di sejumlah tempat hiburan yang dinilai melanggar norma dan aturan setempat.
“Ini bukan hanya urusan ulama, tetapi tanggung jawab kita semua. Jika kita ingin Negeri Junjungan ini tetap aman dan bermartabat, maka perlu langkah bersama dan keberanian untuk bertindak,” ucapnya.
Ia juga mendorong agar kegiatan razia dilakukan secara rutin dan menyeluruh, menyasar tempat-tempat rawan seperti hotel, kafe, dan lokasi lain yang berpotensi menjadi titik pelanggaran moral dan hukum.
Diskusi ini diharapkan menjadi awal dari gerakan bersama untuk menjaga nilai-nilai luhur masyarakat Bengkalis, dan menjadi pengingat bahwa kemajuan tidak boleh mengorbankan jati diri dan harmoni sosial yang telah diwariskan secara turun-temurun.** (Infotorial)